Surat Al-Lahab diturunkan di Mekkah dan terdiri dari 5 ayat. Surat ini secara spesifik ditujukan kepada Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW, yang merupakan salah satu penentang utama dakwah Islam dan sangat membenci Rasulullah.
Surat ini adalah peringatan keras terhadap kesombongan dan permusuhan terang-terangan terhadap kebenaran. Kekayaan dan kedudukan duniawi Abu Lahab tidak dapat menyelamatkannya dari azab Allah akibat penolakannya terhadap risalah Nabi Muhammad SAW. Ayat terakhir menjelaskan nasib istrinya, Ummu Jamil, yang turut mendukung kejahatan suaminya dengan menyebarkan duri di jalan Rasulullah, sehingga ia pun mendapatkan balasan setimpal berupa siksaan api neraka dengan tali api di lehernya.
Surat Al-Kafirun terdiri dari 6 ayat dan juga merupakan surat Makkiyah. Surat ini turun sebagai respons terhadap permintaan kaum musyrikin Quraisy yang mengajak Nabi Muhammad SAW untuk saling bertukar keyakinan; mereka akan beribadah kepada Allah pada suatu waktu, dan Nabi akan menyembah berhala mereka pada waktu yang lain.
Surat Al-Kafirun adalah deklarasi tegas mengenai pemisahan total antara akidah Islam dan kesyirikan. Penegasan ini menunjukkan prinsip fundamental dalam Islam yaitu Laa Ikraaha Fiddin (tidak ada paksaan dalam agama), namun dalam masalah ibadah dan keyakinan, tidak boleh ada kompromi.
Ayat terakhir, "Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku," menegaskan batasan yang jelas. Ini bukan berarti toleransi dalam hal kebenaran versus kebatilan, melainkan penegasan bahwa jalan hidup dan orientasi ibadah antara seorang Muslim yang mentauhidkan Allah dan mereka yang menyekutukan-Nya adalah dua jalur yang sama sekali berbeda dan tidak akan pernah bertemu di titik ibadah.
Meskipun konteks penurunannya berbeda, kedua surat ini memiliki benang merah: ketegasan prinsip agama dan konsekuensi bagi mereka yang menolak kebenaran.
Al-Lahab menunjukkan konsekuensi akhir dari permusuhan aktif dan kesombongan terhadap Islam di dunia dan akhirat. Sementara itu, Al-Kafirun menetapkan pondasi teologis untuk menghadapi tekanan sosial dan ajakan kompromi akidah dari luar.
Membaca kedua surat ini, khususnya secara rutin sebagaimana dianjurkan (misalnya Al-Kafirun sering dibaca dalam shalat sunnah rawatib), berfungsi sebagai pengingat konstan akan keikhlasan tauhid dan peringatan terhadap bahaya kemaksiatan dan penolakan terhadap petunjuk Ilahi. Kedua surat pendek ini sarat makna yang relevan bagi umat Islam dalam mempertahankan kemurnian iman mereka di tengah tantangan zaman.
Keindahan Al-Qur'an terletak pada kemampuannya menyampaikan pesan yang mendalam hanya dalam beberapa ayat. Surat-surat ini mengajarkan kita tentang keadilan ilahi (Al-Lahab) dan pentingnya integritas keyakinan (Al-Kafirun).