Surat Al-Ikhlas (QS. Al-Ikhlas: 1-4) seringkali dijuluki sebagai 'seperempat Al-Qur'an' karena kemampuannya yang padat dalam merangkum esensi ajaran Islam, yaitu konsep tauhid—mengesakan Allah SWT. Surat yang singkat namun memiliki bobot teologis yang sangat besar ini turun sebagai jawaban langsung atas pertanyaan kaum musyrik, atau orang-orang yang ingin mengetahui hakikat Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW.
Ayat pertama, "Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa'," adalah pernyataan fundamental. Kata "Ahad" (Esa) menekankan keunikan total dan ketidakterbatasan-Nya. Ini bukan sekadar 'salah satu dari banyak', melainkan satu-satunya yang benar-benar tunggal, tanpa ada pembagian atau gabungan dalam zat-Nya. Keesaan ini adalah inti dari seluruh ajaran Islam.
Allah digambarkan sebagai "Ash-Shamad". Makna "Ash-Shamad" sangat mendalam. Menurut ulama tafsir, Ash-Shamad adalah Zat yang kepadanya semua makhluk bergantung untuk memenuhi kebutuhan mereka, sementara Dia sendiri tidak membutuhkan apapun. Dia adalah tujuan akhir dari segala permohonan. Dalam konteks mobile web ini, bayangkan semua aplikasi membutuhkan server pusat yang stabil; Allah adalah server pusat yang tidak pernah *down* dan selalu menyediakan. Kebutuhan kita semua berakhir pada-Nya.
Ayat ketiga, "Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan," secara tegas menolak konsep-konsep ketuhanan yang populer di kalangan bangsa-bangsa lain, seperti anggapan bahwa Allah memiliki anak (seperti dalam beberapa kepercayaan Yahudi atau Nasrani) atau bahwa Dia dilahirkan dari sesuatu yang lain. Keberadaan Allah adalah mandiri (azali) dan tidak bergantung pada permulaan atau proses penciptaan fisik. Sifat ini memisahkan Allah dari makhluk-Nya yang semuanya pasti memiliki awal dan keturunan.
Puncak dari penegasan tauhid ini terdapat pada ayat terakhir: "Dan tidak ada seorang pun yang menyamai Dia." Ini menegaskan bahwa sifat, zat, dan kekuasaan Allah tidak ada bandingannya. Tidak ada yang bisa disetarakan, disejajarkan, atau bahkan didekati oleh ciptaan mana pun. Kesempurnaan-Nya mutlak, sementara kesempurnaan makhluk bersifat relatif dan terbatas.
Mempelajari dan merenungkan terjemah surat Al-Ikhlas ayat 1 sampai 4 membawa dampak signifikan pada cara seorang Muslim beribadah dan menjalani hidup. Dengan memahami bahwa Allah itu Esa, bergantung pada-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tak tertandingi, maka fokus ibadah harus sepenuhnya diarahkan kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun—baik itu materi, jabatan, maupun hawa nafsu. Surat ini adalah fondasi spiritual yang memberikan kejelasan tentang siapa Tuhan yang kita sembah, menjadikannya bacaan yang wajib diketahui, dihafal, dan dipahami maknanya oleh setiap Muslim di manapun mereka berada, termasuk saat berselancar di internet menggunakan perangkat mobile.