Ketika berhadapan dengan dokumen, percakapan, atau konten digital yang ditulis dalam Bahasa Melayu, kebutuhan untuk dapat terjemahkan pada dari Melayu menjadi krusial, terutama bagi penutur Bahasa Indonesia. Meskipun kedua bahasa ini memiliki akar rumpun yang sama (Austronesia) dan banyak kosakata yang mirip, perbedaan dialek, idiom, dan perkembangan leksikal modern sering kali menimbulkan ambiguitas.
Visualisasi proses menerjemahkan perbedaan bahasa serumpun.
Perbedaan Leksikal yang Menonjol
Meskipun banyak kata yang identik, ada ratusan kata yang memiliki makna berbeda atau digunakan dalam konteks yang berbeda. Misalnya, kata "selalu" dalam Bahasa Indonesia berarti 'always', tetapi dalam beberapa dialek Melayu (khususnya Malaysia), kata tersebut bisa merujuk pada 'terus-menerus' atau bahkan memiliki konotasi yang sedikit berbeda. Ketika Anda mencoba terjemahkan pada dari Melayu, mesin penerjemah sering kali gagal menangkap nuansa ini.
Contoh klasik lainnya adalah kata "angkat". Dalam Bahasa Indonesia, "angkat" berarti 'to lift' (mengangkat benda). Namun, di Malaysia, "angkat" bisa berarti 'menerima' atau 'mengambil' (seperti dalam konteks menerima status). Penerjemah yang tidak canggih bisa keliru menginterpretasikan kalimat seperti "Dia sudah diangkat jadi ketua" menjadi "He has been lifted as chairman," padahal maksudnya adalah "Dia sudah dilantik/diakui sebagai ketua." Memahami konteks adalah kunci kedua untuk melakukan penerjemahan yang akurat.
Mengatasi Tantangan Penerjemahan Otomatis
Saat ini, alat penerjemahan otomatis seperti Google Translate atau DeepL telah jauh lebih baik dalam memproses pasangan bahasa yang berkerabat dekat seperti Bahasa Indonesia dan Melayu. Namun, mereka tetap memerlukan bantuan manusia untuk konteks yang sangat spesifik atau bahasa gaul daerah. Jika Anda sedang mengerjakan dokumen resmi atau materi pemasaran, sangat disarankan untuk tidak hanya mengandalkan hasil terjemahan mentah.
Langkah pertama dalam proses terjemahkan pada dari Melayu secara efektif adalah memecah kalimat kompleks menjadi klausa-klausa yang lebih kecil. Alat penerjemah bekerja paling baik dengan struktur kalimat yang jelas dan standar. Jika Anda memasukkan kalimat yang sangat panjang dengan banyak subjek dan predikat yang diselingi oleh idiom lokal, hasilnya kemungkinan besar akan berantakan.
Pentingnya Glosarium dan Konteks
Bagi penerjemah profesional, kunci keberhasilan terletak pada pembuatan glosarium khusus. Glosarium ini mencatat istilah-istilah teknis, nama merek, atau kata-kata Melayu yang memiliki padanan ambigu dalam Bahasa Indonesia. Misalnya, istilah "Kerajaan" (Monarki) dalam Bahasa Indonesia memiliki konotasi historis yang kuat, sementara dalam konteks Malaysia modern mungkin merujuk pada sistem politik yang lebih luas. Menggunakan glosarium memastikan konsistensi terminologi di seluruh dokumen Anda.
Selain itu, perhatikanlah singkatan dan akronim. Beberapa badan pemerintah atau lembaga di Malaysia menggunakan akronim yang berbeda dengan lembaga setara di Indonesia. Jika Anda berniat terjemahkan pada dari Melayu, pastikan Anda mendokumentasikan akronim ini dan menyertakan kepanjangannya dalam bahasa target. Ini tidak hanya membantu pembaca memahami teks, tetapi juga memvalidasi bahwa Anda telah meneliti terminologi spesifik dari sumber Melayu tersebut. Penerjemahan yang baik adalah tentang transfer makna, bukan sekadar penggantian kata per kata.