Surah Al-Fil (Gajah) adalah surah ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini sangat singkat, hanya terdiri dari lima ayat, namun mengandung kisah heroik tentang bagaimana Allah melindungi Ka'bah dari kehancuran yang direncanakan oleh pasukan penyerang yang dipimpin oleh Abrahah, seorang penguasa Yaman yang ambisius.
Ayat keempat dari surah ini adalah inti dari azab yang ditimpakan kepada pasukan tersebut. Berikut adalah teks ayat keempat Surah Al-Fil:
Ayat ini menjelaskan metode spesifik yang digunakan Allah untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah. Kata kunci dalam ayat ini adalah "حِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ" (hijaratun min sijjeel). Secara harfiah, sijjeel merujuk pada batu-batu yang terbakar atau tanah liat yang mengeras seperti batu.
Interpretasi para mufassir (ahli tafsir) menunjukkan bahwa batu-batu tersebut bukan sembarang batu. Batu-batu itu, yang digambarkan sebagai batu dari tanah yang keras, dilemparkan dari atas oleh burung-burung (yang dijelaskan pada ayat kelima). Kekuatan penghancur batu-batu ini jauh melampaui kekuatan alamiah; ia adalah intervensi ilahi yang ditujukan secara spesifik untuk melumpuhkan pasukan yang berniat merusak tempat suci Allah.
Ilustrasi simbolis jatuhnya batu (Sijjeel).
Untuk memahami sepenuhnya makna ayat 4, penting untuk meninjau seluruh narasi Surah Al-Fil. Abrahah membangun sebuah gereja megah di Yaman, berharap dapat mengalihkan fokus ibadah bangsa Arab dari Ka'bah di Makkah ke gerejanya. Ketika usahanya tidak berhasil, ia menjadi marah dan memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah.
Ia memimpin pasukan besar, termasuk gajah yang sangat besar dan menakutkan, menuju Makkah. Penduduk Makkah, yang saat itu dipimpin oleh kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, tidak mampu melawan secara militer. Mereka hanya bisa berdoa dan bertawakal kepada Allah.
Surah dimulai dengan peringatan:
1. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
Ayat-ayat ini menyiapkan panggung dramatis. Ancaman telah tiba di ambang Makkah. Pasukan Abrahah sudah berada di depan mata, dan pasukan mereka diperkuat dengan gajah yang belum pernah dilihat oleh bangsa Arab sebelumnya.
Kemudian datanglah jawaban dan pembalasan melalui ayat 4 dan 5:
4. Yang melempari mereka dengan batu-batu dari tanah yang keras.
5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Ayat ke-4 menunjukkan mekanismenya: hujan batu panas yang menghancurkan segalanya. Ayat ke-5 menunjukkan hasilnya: pasukan perkasa itu hancur lebur, menjadi tak berarti seperti dedaunan kering yang dilahap hama. Ini adalah demonstrasi mutlak kekuasaan Allah yang melindungi rumah-Nya.
Kisah Surah Al-Fil, yang berpusat pada peristiwa yang diabadikan dalam ayat 4, memberikan pelajaran penting. Pertama, ia menegaskan bahwa tidak ada kekuatan duniawi, sekecil apapun niat jahatnya, yang dapat mengalahkan rencana dan perlindungan Allah SWT terhadap rumah-Nya dan mereka yang berserah diri kepada-Nya.
Kedua, ayat ini mengajarkan pentingnya tauhid dan keyakinan. Ketika umat Islam dihadapkan pada ancaman yang tampak mustahil untuk dihadapi dengan kekuatan fisik semata, mereka diingatkan untuk kembali kepada kekuatan doa dan keimanan sejati. Peristiwa batu dari sijjeel adalah pengingat abadi bahwa bantuan ilahi seringkali datang dalam bentuk yang tak terduga dan melampaui nalar manusia.
Kisah ini juga menjadi penanda penting dalam sejarah kenabian, karena peristiwa ini terjadi sesaat sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, menambah aura kemuliaan dan perlindungan ilahi pada masa-masa kritis tersebut. Ayat 4 adalah inti dari hukuman yang terjadi, menunjukkan bagaimana objek alamiah—batu—dijadikan alat penghukum yang dahsyat ketika dikehendaki oleh Sang Pencipta.