Mengupas Tuntas: Urutan Surat Al-Fatihah dalam Al-Qur'an

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلْفَاتِحَةُ 1

Ilustrasi: Representasi awal Al-Qur'an dengan penekanan pada Surat Al-Fatihah.

Surat Al-Fatihah, atau yang dikenal dengan sebutan "Pembuka Kitab," adalah surat pertama yang diturunkan secara utuh dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Keistimewaannya tak terbantahkan; ia adalah inti dari setiap rakaat shalat kita, sebuah surat yang disebut Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) karena mengandung ringkasan ajaran pokok Islam. Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai penempatannya: mengapa surat ini diletakkan di urutan pertama?

Untuk memahami posisi strategis Al-Fatihah, kita harus membedakan antara dua konsep urutan: **urutan penurunan (nuzul)** dan **urutan penulisan dalam mushaf (tartib mushaf)**. Mengenai urutan surat Al-Fatihah dalam Al-Qur'an yang kita pegang saat ini, jawabannya terletak pada urutan penulisan yang telah ditetapkan secara definitif.

Urutan Penulisan dalam Mushaf: Posisi Nomor Satu

Secara konsensus, Al-Qur'an disusun menjadi 114 surat. Surat Al-Fatihah menempati posisi krusial sebagai surat pertama, diikuti oleh surat Al-Baqarah (surat terpanjang). Penetapan urutan ini bukanlah hasil keputusan manusia semata, melainkan didasarkan pada ketetapan (tauqifi) yang diwariskan dari Rasulullah Muhammad SAW melalui sahabat-sahabat penghafal Al-Qur'an (para sahabat Nabi dan Sahabat Rasulullah SAW).

Urutan ini telah dihafalkan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Ketika Utsman bin Affan (radiyallahu 'anhu) memimpin proses kodifikasi dan penulisan Al-Qur'an menjadi satu mushaf standar, urutan surat yang digunakan adalah urutan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, urutan surat Al-Fatihah dalam Al-Qur'an adalah **Surat ke-1**.

Mengapa Al-Fatihah Harus Menjadi Pembuka?

Pemilihan Al-Fatihah sebagai surat pembuka memiliki hikmah teologis yang mendalam, yang jauh melampaui sekadar penomoran administratif.

1. Inti Ajaran dan Muqaddimah Ibadah

Al-Fatihah adalah ringkasan sempurna dari seluruh konsep tauhid, pengakuan keesaan Allah (Ar-Rahman, Ar-Rahim, Malik Yaumiddin), pujian kepada-Nya (Alhamdulillah), permohonan bimbingan (Ihdinash-shirathal mustaqim), dan doa agar dijauhkan dari jalan kesesatan. Sebagai fondasi, sangat logis jika sebuah kitab yang memuat petunjuk ilahi dibuka dengan pengakuan dasar atas tujuan dan sumber petunjuk itu sendiri. Ia adalah muqaddimah atau pendahuluan yang harus diucapkan sebelum membahas detail-detail ajaran yang termuat dalam surat-surat berikutnya.

2. Kedudukan dalam Shalat

Posisi Al-Fatihah di awal mushaf merefleksikan kedudukannya yang paling agung dalam ibadah ritual umat Islam, yaitu shalat. Tidak sah shalat seseorang tanpa membaca surat ini. Keutamaan ini menegaskan bahwa kontak pertama dan terpenting seorang hamba dengan Tuhannya dalam ibadah harian adalah melalui untaian ayat-ayat Al-Fatihah.

Perbandingan dengan Urutan Penurunan (Nuzul)

Penting untuk dicatat bahwa urutan penulisan dalam mushaf seringkali berbeda dengan urutan kronologis turunnya wahyu. Beberapa ulama berpendapat bahwa surat pertama yang diturunkan secara utuh adalah surat Al-'Alaq (ayat 1-5), yang merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. Namun, ada juga pandangan yang menyatakan Al-Fatihah adalah wahyu pertama yang turun secara lengkap.

Terlepas dari mana persisnya urutan nuzulnya, penetapan urutan dalam mushaf (yang kita ikuti) adalah berdasarkan instruksi Nabi SAW. Urutan penulisan ini bertujuan untuk memudahkan pembacaan, penghafalan, dan pemahaman secara sistematis.

Daftar Surat yang Mengikuti Al-Fatihah

Setelah Al-Fatihah menegaskan pondasi keimanan, Al-Qur'an melanjutkan dengan surat terpanjang yang memberikan detail hukum, kisah, dan perintah. Berikut adalah permulaan dari urutan surat setelah Al-Fatihah:

Dengan demikian, urutan surat Al-Fatihah dalam Al-Qur'an adalah posisi tunggal dan tak tergantikan, yaitu sebagai pembuka yang memuat esensi ajaran Islam, mempersiapkan pembaca untuk menyelami lautan hikmah yang terhampar dalam 113 surat berikutnya. Keberadaannya di awal adalah cermin dari urgensi pengakuan dan penghambaan yang harus mendahului segala bentuk pengetahuan dan amal.

🏠 Homepage