Visualisasi Urutan Bacaan dalam Al-Qur'an
Dalam praktik ibadah sehari-hari, terutama saat melaksanakan shalat fardhu maupun sunnah, muslim wajib membaca Surat Al-Fatihah sebagai surat pertama dan pembuka setiap rakaat. Al-Fatihah adalah fondasi utama shalat, mengandung pujian tertinggi kepada Allah SWT dan permohonan petunjuk. Namun, setelah membaca Al-Fatihah, muncul pertanyaan mendasar mengenai surat apa yang harus dibaca selanjutnya, dan bagaimana urutan yang benar?
Secara umum, urutan pembacaan surat-surat setelah Al-Fatihah didasarkan sepenuhnya pada **Mushaf Utsmani**, yaitu standar resmi penulisan Al-Qur’an yang disepakati dan digunakan di seluruh dunia. Urutan ini bersifat tawqifi (ditetapkan oleh wahyu) dan harus diikuti dalam bacaan formal, baik dalam shalat maupun dalam tadarus.
Al-Qur'an terdiri dari 114 surat. Surat Al-Fatihah menempati urutan pertama. Oleh karena itu, surat yang dibaca setelahnya haruslah surat yang secara resmi berada di urutan kedua, yaitu Surat Al-Baqarah, dan seterusnya.
Namun, dalam konteks shalat sehari-hari, jarang sekali seseorang membaca surat yang sangat panjang setelah Al-Fatihah (kecuali pada shalat Tahajud atau qiyamul lail tertentu yang mengutamakan kekhusyukan dengan bacaan panjang). Umumnya, yang digunakan adalah surat-surat pendek yang berada di akhir juz 'Amma (juz 30) atau juz-juz pendek lainnya.
Walaupun kita sering membaca surat pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, atau An-Nas, penting untuk mengetahui bahwa urutan resmi Al-Qur'an dimulai sebagai berikut:
Jadi, secara teknis, surat yang dibaca setelah Al-Fatihah adalah Al-Baqarah. Namun, dalam konteks shalat yang membutuhkan keringkasan, terutama shalat rawatib atau shalat sunnah biasa, terdapat kelonggaran yang mengikuti kebiasaan dan kemudahan, selama tidak melanggar prinsip bacaan yang benar.
Mayoritas umat Islam membaca surat pendek dari akhir Al-Qur'an, karena lebih mudah dihafal dan dibaca dengan cepat saat terburu-buru atau ketika mengutamakan keringanan dalam shalat fardhu. Urutan surat pendek ini (dari yang paling sering dibaca hingga yang jarang dalam shalat rutin) adalah sebagai berikut:
Perlu dicatat bahwa meskipun urutan surat pendek yang dibaca secara rutin biasanya diambil dari akhir mushaf, praktik ini tidak bertentangan dengan urutan resmi Al-Qur'an, karena surat-surat tersebut tetap mengikuti urutan ketika dibaca secara berurutan. Misalnya, jika Anda membaca Surat Al-Kafirun (Urutan 109) di rakaat pertama, Anda harus membaca surat yang berurutan setelahnya di rakaat kedua (misalnya Surat Al-Ikhlas, Urutan 112), meskipun dalam shalat umumnya keduanya sering dipasangkan.
Konsistensi dalam urutan bacaan sangat penting, terutama jika Anda membaca lebih dari satu surat dalam satu rakaat (sunnah yang dilakukan oleh Nabi SAW dalam shalat malam). Jika Anda memilih surat dari urutan resmi Al-Qur'an (misalnya, membaca Surat Al-Baqarah ayat 1-10 di rakaat pertama), maka di rakaat kedua Anda harus melanjutkan dari ayat berikutnya setelah ayat kesepuluh Al-Baqarah, atau memulai surat baru yang urutannya berada setelah Al-Baqarah, yaitu Ali 'Imran.
Dalam konteks shalat yang cepat, mengikuti pasangan surat yang populer (seperti Al-Kafirun dan Al-Ikhlas) dianggap lebih mudah diamalkan dan sesuai dengan tuntunan yang sahih tentang apa yang pernah Rasulullah SAW lakukan dalam shalat sunnah beliau. Yang paling krusial adalah memastikan Al-Fatihah selalu sempurna di awal, diikuti oleh surat apa pun yang sudah dihafal dan sesuai dengan kebiasaan ibadah Anda. Intinya, urutan resmi adalah patokan, namun dalam praktik shalat harian, kemudahan menghafal surat-surat akhir Al-Qur'an lebih sering dipraktikkan.