Dalam studi linguistik, khususnya fonetik dan fonologi, vokal adalah bunyi ujaran yang dihasilkan ketika udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut tanpa mengalami hambatan atau penyempitan yang berarti. Tidak seperti konsonan yang memerlukan penutupan (seperti 'p', 't', 'k') atau penyempitan (seperti 's', 'f'), aliran udara pada bunyi vokal berjalan bebas. Hal ini membuat vokal memiliki karakteristik resonansi yang unik.
Secara akustik, vokal adalah puncak (nucleus) dari suku kata. Hampir semua suku kata dalam bahasa manusia pasti mengandung satu bunyi vokal. Tanpa vokal, pembentukan kata yang jelas dan dapat dipahami menjadi sangat sulit, bahkan mustahil, dalam banyak bahasa alami, termasuk Bahasa Indonesia.
Produksi bunyi vokal ditentukan oleh tiga faktor utama yang memengaruhi bentuk rongga resonansi di atas pita suara (laring):
Karena variasi posisi organ-organ bicara inilah, manusia mampu membedakan serangkaian vokal yang berbeda, yang kemudian menjadi sistem fonemis dalam bahasa tertentu.
Vokal diklasifikasikan berdasarkan cara produksinya (artikulasi). Dalam konteks umum linguistik, klasifikasi standar berpusat pada tiga dimensi utama yang telah disebutkan di atas.
Vokal murni adalah bunyi vokal tunggal yang memiliki kualitas vokal yang tetap sepanjang pengucapannya. Dalam Bahasa Indonesia standar, kita mengenal lima huruf vokal yang umumnya menghasilkan bunyi monofthong: A, I, U, E, dan O.
Diftong adalah perpaduan dua bunyi vokal dalam satu suku kata yang diucapkan secara berkesinambungan. Selama pengucapan, posisi lidah bergerak dari satu titik artikulasi ke titik artikulasi lainnya. Bahasa Indonesia memiliki beberapa diftong baku, seperti:
Pembedaan antara vokal dan konsonan adalah salah satu dasar dalam membedah struktur bunyi bahasa. Jika vokal adalah bunyi yang dihasilkan tanpa obstruksi udara, konsonan adalah kebalikannya. Konsonan diproduksi dengan adanya hambatan total (oklusi) atau parsial (friksi) di jalur udara.
Perbedaan ini memiliki implikasi besar pada fungsi suku kata. Vokal berfungsi sebagai inti suku kata (nucleus), sementara konsonan berfungsi sebagai tepi suku kata (onset atau coda). Tanpa inti vokal, suku kata sulit dibentuk dan diucapkan secara spontan.
Pentingnya vokal tidak bisa diremehkan. Dalam banyak bahasa, perbedaan hanya pada satu vokal dapat mengubah makna sebuah kata secara total. Fenomena ini disebut kontras fonemik. Contohnya dalam Bahasa Indonesia, kata 'lima' berbeda makna dari 'lima' hanya karena perbedaan kualitas vokal tengah /e/ (jika diucapkan dengan /i/ atau /e/ yang sedikit berbeda, meskipun dalam ejaan sama-sama 'i').
Memahami apa itu vokal adalah langkah awal dalam menguasai pelafalan, baik saat belajar bahasa pertama maupun ketika mempelajari bahasa asing. Intonasi, penekanan, dan melodi bicara (prosodi) juga sangat bergantung pada bagaimana bunyi-bunyi vokal ini dieksploitasi oleh penutur. Kesimpulannya, vokal adalah fondasi sonik tempat semua kata dibangun.