Waktu shalat syuruq, atau yang lebih dikenal sebagai waktu terbitnya matahari, adalah momen krusial dalam penentuan waktu shalat sunnah Dhuha. Syuruq secara harfiah berarti terbit. Dalam konteks waktu shalat, syuruq merujuk pada saat pertama kali tepi atas piringan matahari mulai terlihat di ufuk timur. Momen ini menandai berakhirnya waktu terlarang untuk melaksanakan shalat sunnah (yaitu waktu terbit matahari hingga isyrak/Dhuha dimulai), dan menjadi penanda dimulainya waktu yang lebih utama untuk shalat Dhuha, yaitu setelah berlalu seperempat perjalanan matahari.
Penentuan waktu syuruq sangat penting karena ia merupakan batas awal dari periode di mana seorang Muslim dianjurkan untuk menahan diri dari shalat sunnah (selain shalat tahiyyatul masjid) hingga matahari naik lebih tinggi. Kesalahan dalam menentukan waktu ini dapat menyebabkan seorang Muslim tanpa sengaja melakukan ibadah pada waktu yang tidak diperbolehkan oleh syariat.
Ilustrasi Momen Syuruq (Terbit Matahari)
Seringkali waktu syuruq disamakan dengan waktu Isyraq atau awal shalat Dhuha, padahal terdapat perbedaan yang jelas. Waktu syuruq adalah saat matahari benar-benar muncul di ufuk. Setelah syuruq terjadi, ada masa di mana seorang Muslim sebaiknya menahan diri dari shalat sunnah apapun.
Menurut mayoritas ulama, waktu terlarang (makruh) untuk shalat ini berlangsung singkat, yaitu hingga matahari naik seukuran tombak (sekitar 15 hingga 20 menit setelah syuruq). Setelah itu, barulah masuk waktu Isyraq, yang merupakan waktu awal yang paling afdhal untuk melaksanakan shalat Dhuha.
Oleh karena itu, jika jadwal shalat menunjukkan waktu syuruq pukul 05.45, maka shalat Dhuha baru bisa dikerjakan sekitar pukul 06.00 atau lebih, tergantung panduan waktu yang digunakan di wilayah setempat.
Meskipun fokus utama pembahasan adalah waktu syuruq sebagai penanda, penting untuk mengaitkannya dengan shalat Dhuha yang menyusul setelahnya. Menjaga waktu shalat sunnah menunjukkan kesungguhan dalam beribadah dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW. Beliau sangat menganjurkan shalat Dhuha, yang pahalanya sangat besar.
Beberapa keutamaan yang disebutkan terkait dengan amalan setelah syuruq (shalat Dhuha) antara lain:
Mengetahui waktu syuruq adalah langkah pertama. Menghormati waktu terlarang setelahnya dan segera melaksanakan Dhuha setelah waktu makruh berakhir adalah bentuk ketaatan yang sempurna. Jadwal syuruq berubah setiap hari seiring pergeseran posisi matahari, sehingga penting untuk selalu merujuk pada kalender atau aplikasi penentu waktu shalat lokal yang akurat.
Waktu syuruq adalah batas geografis dan astronomis yang sakral dalam Islam. Ia mengakhiri malam dan memulai fase di mana Muslim dapat mulai melaksanakan ibadah sunnah pagi hari setelah jeda singkat. Dengan memahami perbedaan antara syuruq dan awal Dhuha, seorang Muslim dapat memaksimalkan ibadah paginya dan meraih keberkahan yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW. Kehati-hatian dalam menentukan waktu ini mencerminkan kedalaman pemahaman kita terhadap fikih shalat.