Setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Dalam perjalanan hidup, terlebih lagi dalam menjalankan ibadah, kita seringkali merasa "tergelincir" atau melakukan perbuatan yang mungkin kurang sempurna di mata Allah SWT. Rasa penyesalan ini adalah pintu pertama menuju rahmat-Nya. Di tengah upaya untuk memperbaiki diri, terdapat sebuah amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yaitu Sholat Dhuha.
Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dilaksanakan setelah matahari terbit hingga sebelum waktu Dzuhur tiba. Waktu pelaksanaannya yang fleksibel memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta di saat energi positif sedang memuncak, yaitu pagi hari. Namun, keutamaan sholat ini menjadi semakin relevan ketika kita membahas konteks "ad dhuha kebawah" atau sering diartikan sebagai permohonan ampunan dan peningkatan derajat setelah kita menyadari adanya kekurangan.
Sholat Dhuha sebagai Penghapus Dosa Kecil
Banyak hadis yang menerangkan betapa besar keutamaan Sholat Dhuha. Salah satu hikmah terbesarnya adalah kemampuannya menjadi penebus dosa-dosa kecil yang kita lakukan. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda bahwa sholat sunnah yang dilakukan secara rutin dapat membersihkan catatan amal kita dari noda-noda kecil.
Ketika seseorang merasa telah melakukan kesalahan—entah itu perkataan yang kurang terjaga, kelalaian dalam tugas, atau melanggar batas-batas syariat—rasa bersalah tersebut harus segera direspon dengan taubat dan amal shaleh. Sholat Dhuha hadir sebagai jembatan spiritual. Ia bukan sekadar pengganti taubat nasuha yang wajib, tetapi merupakan pelengkap iman yang menunjukkan kerinduan hamba untuk selalu berada dalam lindungan-Nya, meskipun ia baru saja tergelincir. Pelaksanaan Dhuha seolah mengatakan, "Ya Allah, meski hamba baru saja jatuh, hamba bangkit lagi untuk mencari ridha-Mu."
Rezeki dan Kecukupan Materi
Selain membersihkan dosa, sholat yang dilakukan pada waktu Dhuha memiliki kaitan erat dengan rezeki. Bagi mereka yang merasa kesulitan finansial atau sedang berjuang mencari nafkah, mengamalkan sholat ini secara rutin seolah membuka pintu rezeki dari arah yang tidak terduga. Ini bukan janji ajaib, melainkan janji Allah kepada hamba-Nya yang memprioritaskan hubungan vertikal.
Ketika seseorang tergelincir dalam urusan duniawi—mungkin karena kesibukan mencari harta hingga melalaikan ibadah—maka ia perlu kembali menata prioritasnya. Sholat Dhuha mengingatkan kita bahwa sumber segala kecukupan bukanlah dari usaha semata, tetapi dari Pemberi usaha. Keikhlasan dalam mengerjakannya akan mendatangkan ketenangan batin, yang mana ketenangan itu sendiri adalah bentuk kekayaan yang tak ternilai harganya.
Menghapus Jejak Kekhilafan dengan Kesungguhan
Istilah "ad dhuha kebawah" juga bisa dimaknai sebagai usaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki keadaan yang sudah terlanjur menurun. Setelah melakukan kesalahan, biasanya timbul rasa putus asa. Namun, rahmat Allah itu luas. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk tidak pernah putus asa dari rahmat-Nya.
Maka, dari posisi terendah (kebawah) setelah tergelincir, kita berdiri tegak menghadap kiblat, melaksanakan sholat Dhuha dua rakaat, empat rakaat, atau lebih. Setiap gerakan rukuk dan sujud adalah penegasan bahwa kita memilih untuk bangkit kembali. Kita memohon agar kekurangan hari kemarin tidak menjadi beban di hari ini. Sholat ini menjadi manifestasi taubat kita yang diperkuat dengan amalan fisik.
Para ulama menganjurkan, jika seseorang telah melakukan dosa besar, maka taubat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, diikuti dengan memperbanyak istighfar dan amal shaleh. Sholat Dhuha, dengan pahala yang dijanjikan seperti pahala haji dan umrah (bagi yang konsisten empat belas rakaat), adalah salah satu amal shaleh prioritas yang sangat baik untuk menyertai proses pemulihan spiritual tersebut.
Konsistensi adalah Kunci
Keajaiban Sholat Dhuha tidak terletak pada satu kali pelaksanaannya, melainkan pada konsistensi. Sama seperti kita tidak bisa membersihkan rumah hanya sekali sehari untuk selamanya, membersihkan jiwa dari jejak kekhilafan memerlukan usaha berkelanjutan. Ketika kita berhasil menjadikan Dhuha sebagai rutinitas harian, secara otomatis kita membangun benteng spiritual. Benteng ini akan mengurangi frekuensi kita "tergelincir" di kemudian hari karena hati selalu terikat pada Allah di pagi hari.
Oleh karena itu, bagi siapa pun yang sedang merasa berat langkahnya akibat kesalahan masa lalu, atau sedang berjuang melawan godaan, mulailah dari waktu pagi. Dirikanlah Sholat Dhuha dengan niat yang tulus, memohon agar Allah SWT mengangkat derajat kita di dunia dan akhirat, serta menghapus noda-noda yang mungkin telah kita bawa. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan waktu Dhuha adalah momen emas untuk meraih rahmat-Nya.