Membaca Al-Qur'an adalah ibadah mulia yang mendekatkan seorang Muslim kepada Rabbnya. Namun, ibadah ini tidak sekadar melafalkan huruf per huruf, melainkan menuntut pemenuhan adab (etika) tertentu agar keberkahan dan pemahaman yang mendalam dapat diraih. Situs-situs islami terpercaya, termasuk yang mengikuti manhaj Rumaysho (atau Yufid), sering menekankan pentingnya adab ini sebagai bentuk penghormatan tertinggi terhadap Kalamullah.
Pentingnya Menjaga Adab Saat Membaca Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT, sehingga memperlakukannya dengan adab yang sesuai adalah wujud pengagungan terhadap Zat yang menurunkannya. Adab bukan sekadar formalitas, melainkan cerminan keimanan dan kesadaran bahwa kita sedang berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Ketika adab diabaikan, keberkahan tilawah bisa berkurang, bahkan berpotensi mendatangkan bahaya bagi pelakunya.
1. Bersuci (Thaharah)
Syarat utama yang sering ditekankan adalah bersuci dari hadas besar dan kecil. Meskipun hukum menyentuh mushaf (Al-Qur'an cetak) bagi yang berhadas kecil masih menjadi perdebatan di kalangan ulama, prinsip kehati-hatian (ihtiyat) sangat dianjurkan. Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah dan banyak ulama kontemporer yang mengikuti manhaj ini menganjurkan agar mushaf hanya dipegang oleh orang yang suci.
- Wudhu: Dianjurkan memiliki wudhu sebelum menyentuh mushaf atau memulai membaca.
- Mandi Wajib: Mutlak diperlukan bagi yang sedang dalam keadaan junub (hadas besar).
2. Memilih Tempat yang Bersih dan Mulia
Adab selanjutnya adalah memilih lingkungan yang pantas untuk membaca Kalamullah. Tempat tersebut harus jauh dari najis, kotoran, dan maksiat. Idealnya, Al-Qur'an dibaca di masjid, mushalla, atau tempat yang dihormati.
Sangat tidak pantas membaca Al-Qur'an di tempat-tempat yang kotor, seperti di kamar mandi, atau di tempat yang penuh dengan pembicaraan duniawi yang melalaikan.
3. Menghadap Kiblat dan Duduk dengan Tenang
Meskipun menghadap kiblat saat membaca Al-Qur'an tidak wajib secara mutlak seperti saat shalat, namun hal itu menunjukkan penghormatan yang lebih tinggi. Yang lebih esensial adalah menjaga ketenangan (khusyuk) dan tidak membaca sambil lalu atau terburu-buru.
Usahakan membaca dalam posisi duduk yang sopan, tidak bersandar terlalu santai, atau membaca sambil berjalan tanpa memperhatikan hukum tajwid dan maknanya. Ketenangan hati menunjang kekhusyukan.
4. Membaca dengan Tartil dan Memahami Makna
Allah SWT memerintahkan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil (perlahan dan jelas).
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً
Hal ini bertujuan agar kita dapat menjiwai setiap ayat. Adab tilawah yang paling penting adalah upaya untuk memahami maknanya. Membaca tanpa memahami ibarat membaca surat tanpa tahu isinya. Menurut pandangan Rumaysho, pemahaman inilah yang akan menumbuhkan rasa takut (khauf) dan harap (raja') kepada Allah.
5. Menjauhi Hal yang Mengganggu Konsentrasi
Saat membaca Al-Qur'an, segala sesuatu yang dapat memutuskan hubungan spiritual harus dihindari. Ini termasuk:
- Mengalihkan pandangan terlalu sering.
- Tersibukkan dengan ponsel atau notifikasi.
- Membaca sambil berbicara atau mendengarkan pembicaraan orang lain.
Fokus penuh adalah bentuk penghormatan kepada Allah yang sedang berfirman melalui lisan kita.
6. Adab Terhadap Mushaf Itu Sendiri
Mushaf Al-Qur'an harus diperlakukan dengan sangat hormat. Jangan meletakkan mushaf di lantai, di atas tempat tidur, atau di bawah barang-barang lain. Jangan melipat halaman mushaf sebagai penanda; gunakanlah pembatas buku yang layak.
Jika seseorang harus meninggalkan bacaannya, letakkan mushaf di tempat yang tinggi dan aman. Jika mushaf rusak atau usang, tidak boleh dibuang sembarangan ke tempat sampah, melainkan harus dimusnahkan dengan cara yang terhormat (misalnya dibakar atau dikubur di tempat bersih) agar tidak terinjak atau dihina.
Kesimpulan
Mengamalkan adab membaca Al-Qur'an, sebagaimana ditekankan oleh para ulama salaf dan diikuti oleh referensi seperti Rumaysho, adalah upaya untuk memaksimalkan pahala dan manfaat spiritual dari setiap huruf yang dibaca. Adab meliputi kesucian fisik, kesucian tempat, kekhusyukan hati, dan penghormatan terhadap fisik mushaf itu sendiri. Dengan meneladani adab ini, seorang muslim menjaga hubungan agungnya dengan wahyu Ilahi.