Adab Membaca Al-Qur'an Sesuai Tuntunan Sunnah

Ilustrasi Adab Membaca Al-Qur'an Tempat Mulia ا ل ق ر

Al-Qur'an adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu, cara kita berinteraksi dengannya, termasuk saat membacanya, harus mencerminkan penghormatan tertinggi. Membaca Al-Qur'an bukan sekadar melatih lisan, melainkan juga proses penghayatan spiritual. Sunnah Nabi Muhammad SAW memberikan panduan jelas mengenai adab yang harus dijaga agar ibadah membaca ini bernilai sempurna di sisi Allah.

1. Persiapan Sebelum Membaca

Adab dimulai bahkan sebelum lisan menyentuh ayat-ayat suci. Persiapan ini meliputi aspek fisik maupun spiritual:

A. Bersuci (Thaharah)

Ini adalah adab fundamental. Idealnya, pembaca berada dalam keadaan suci dari hadas besar (wajib mandi besar) dan hadas kecil. Meskipun ulama berbeda pendapat mengenai menyentuh mushaf tanpa wudhu, mayoritas ulama menganjurkan untuk selalu dalam keadaan berwudhu saat memegang atau membaca Al-Qur'an secara langsung, sebagai bentuk penghormatan.

B. Memilih Tempat yang Bersih dan Mulia

Carilah tempat yang tenang, jauh dari hiruk pikuk, dan terhindar dari hal-hal yang mengganggu kekhusyukan. Sunnahnya adalah membaca Al-Qur'an di tempat yang bersih, di atas sesuatu yang ditinggikan (seperti sajadah, meja, atau pangkuan yang bersih), dan tidak membacanya di lantai secara sembarangan, terutama jika dalam keadaan safar (bepergian).

C. Melakukan Ta’awwudz dan Basmalah

Setiap kali memulai bacaan, disunnahkan untuk membaca Ta’awwudz (A'udzu billahi minasy syaithanir rajim) untuk memohon perlindungan dari godaan setan. Kemudian dilanjutkan dengan Basmalah (Bismillahi Ar-Rahmani Ar-Rahim), kecuali ketika memulai membaca Surah At-Taubah.

2. Adab Saat Membaca

Fokus utama dari adab membaca Al-Qur'an adalah bagaimana hati dan lisan bekerja selaras:

A. Membaca dengan Tartil dan Khusyu’

Allah SWT memerintahkan agar Al-Qur'an dibaca dengan tartil, yaitu pelan, jelas, dan memperhatikan panjang pendek serta harakatnya (QS. Al-Muzzammil: 4). Tartil berbeda dengan membaca lambat karena ketidaktahuan; tartil adalah membaca dengan tadabbur (merenungkan makna). Hindari membaca terlalu cepat hanya demi menyelesaikan hitungan lembar atau juz.

B. Merenungkan Makna (Tadabbur)

Adab tertinggi adalah memahami apa yang dibaca. Rasulullah SAW senantiasa merenungkan makna ayat yang beliau baca. Membaca tanpa memahami ibarat membaca kertas tanpa memahami tulisannya. Al-Qur'an dibaca agar pesan Ilahi meresap ke dalam hati.

C. Membaguskan Suara (Tahsin)

Memperindah bacaan dengan tajwid dan suara yang merdu adalah sunnah, sebagaimana sabda Nabi SAW: "Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian." Namun, perlu diingat bahwa keindahan suara tidak boleh mengalahkan keutamaan tadabbur dan ketepatan tajwid.

D. Menjaga Etika Mulut dan Pandangan

Ketika membaca, jaga agar mulut terhindar dari bau yang tidak sedap (misalnya, setelah makan bawang). Selain itu, pandangan mata harus fokus pada mushaf, tidak melompat-lompat atau melihat sekeliling, kecuali saat diperlukan untuk mengecek harakat.

3. Sikap Tubuh dan Tata Krama

Posisi fisik saat berinteraksi dengan mushaf menunjukkan tingkat penghormatan:

Menjaga adab membaca Al-Qur'an ini adalah bentuk kecintaan kita kepada wahyu Allah. Dengan mengamalkan sunnah ini, diharapkan bacaan kita menjadi lebih bermakna, diterima, dan mendatangkan ketenangan hati, sebagaimana firman Allah SWT yang berfirman, "Sesungguhnya hati itu menjadi tenteram dengan mengingat Allah."

🏠 Homepage