Salat Dhuha adalah salah satu sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam Islam yang memiliki keutamaan luar biasa. Salat ini dikerjakan pada waktu pagi, ketika matahari telah terbit dan naik seukuran tombak hingga menjelang waktu Zuhur. Memahami ayat-ayat yang terkait dengan waktu pagi dan keutamaan Dhuha dapat menambah kekhusyukan kita saat melaksanakannya.
Meskipun tidak ada ayat spesifik Al-Qur'an yang secara eksplisit memerintahkan "Salat Dhuha", banyak ulama menjadikan ayat-ayat yang berbicara tentang waktu pagi (Dhuha) sebagai dasar anjuran pelaksanaan salat sunnah ini, berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Ayat yang paling sering dikaitkan adalah tentang bersaksi atas kebesaran Allah di waktu pagi.
Salah satu ayat kunci yang sering dirujuk adalah firman Allah SWT dalam Surah Ath-Thariq. Ayat ini menekankan kesaksian atas keagungan Allah SWT di pagi hari, yang sejalan dengan waktu pelaksanaan salat Dhuha.
Para mufassir menafsirkan 'Ath-Thariq' (yang datang pada malam hari) sebagai bintang yang menembus kegelapan, namun beberapa riwayat menyebutkan bahwa sumpah ini juga mencakup aspek waktu secara umum, termasuk pagi hari (Dhuha) setelah malam berlalu, sebagai penanda pergantian dan kekuasaan Allah.
Selain Ath-Thariq, terdapat ayat lain yang secara eksplisit menyebutkan waktu Dhuha (pagi hari) sebagai waktu di mana kebesaran Allah diperlihatkan dan merupakan waktu yang mulia untuk beribadah. Ayat ini terletak dalam Surah Asy-Syams.
Ayat pembuka Surah Asy-Syams ini adalah sumpah Allah dengan waktu Dhuha. Sumpah ini menunjukkan betapa penting dan mulianya waktu tersebut. Ketika Allah bersumpah dengan suatu waktu, maka waktu tersebut memiliki keutamaan yang besar.
Ayat ini turun sebagai penghiburan bagi Rasulullah SAW ketika beliau merasa sedih karena jeda wahyu sempat berhenti. Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan dan membenci Rasulullah, dan bahwa kehidupan akhirat pasti lebih baik daripada kehidupan dunia.
Salat Dhuha yang dikerjakan pada waktu sumpah ini, diyakini sebagai bentuk respons syukur seorang Muslim atas nikmat pagi yang diberikan Allah, serta harapan akan janji karunia-Nya di kemudian hari. Dengan melaksanakan salat di waktu yang diagungkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, seorang Muslim menunjukkan penyerahan diri dan pengharapan akan keridhaan-Nya.
Selain ayat-ayat di atas, keutamaan salat Dhuha paling jelas disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Allah SWT berfirman:
"Wahai anak Adam, janganlah engkau melalaikan empat rakaat dari awal siang (salat Dhuha), karena Aku akan mencukupimu di sisa harimu." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa ganjaran bagi mereka yang rutin melaksanakan salat Dhuha, minimal empat rakaat, adalah kecukupan rezeki dan perlindungan dari Allah SWT sepanjang hari. Keutamaan ini menjadikan Dhuha bukan sekadar salat sunnah biasa, melainkan sebagai kunci pembuka rezeki dan penjaga dari kesulitan.
Para ulama menetapkan bahwa waktu Dhuha dimulai sekitar 15 hingga 20 menit setelah matahari terbit sempurna, dan berakhir menjelang waktu Dzuhur. Jumlah rakaat minimal adalah dua rakaat, dan paling utama adalah delapan rakaat, meskipun empat rakaat sudah sangat dianjurkan.
Memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan waktu pagi dan mengamalkan ajaran Nabi SAW melalui salat Dhuha adalah cara efektif untuk menyambut hari dengan ketenangan dan keberkahan. Ayat-ayat tersebut menjadi pengingat akan kekuasaan Ilahi yang tampak jelas di pagi hari, mendorong kita untuk selalu taat dan bersyukur sebelum kesibukan dunia mengambil alih perhatian. Salat Dhuha adalah investasi spiritual yang memberikan hasil nyata di dunia dan akhirat.