Proses menyusui pada babi, atau yang dikenal sebagai laktasi, merupakan fase krusial dalam siklus reproduksi babi dan sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan anak babi (piglet). Induk babi, atau yang dalam dunia peternakan disebut sow, memiliki kemampuan biologis luar biasa untuk memproduksi susu dalam volume besar yang kaya nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan pertumbuhan cepat anak-anaknya yang dilahirkan.
Berbeda dengan beberapa mamalia lain, babi dapat melahirkan dalam jumlah yang sangat banyak, seringkali melebihi sepuluh ekor dalam satu kelahiran. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi induk babi untuk memastikan setiap anak mendapatkan jatah susu yang cukup. Susu babi memiliki komposisi yang unik, sangat tinggi lemak dan protein, menjadikannya sumber energi padat yang ideal untuk anak babi yang pertumbuhannya sangat pesat dalam beberapa minggu pertama kehidupan.
Tahap awal setelah kelahiran, kolostrum adalah cairan pertama yang dihasilkan oleh induk babi. Kolostrum ini bukan sekadar susu awal; ia adalah benteng pertahanan pertama bagi anak babi. Mengandung konsentrasi antibodi (imunoglobulin) yang sangat tinggi, kolostrum ditransfer ke sistem pencernaan anak babi, memberikan kekebalan pasif. Tanpa asupan kolostrum yang memadai dalam 24 hingga 48 jam pertama, anak babi sangat rentan terhadap penyakit dan memiliki tingkat mortalitas (kematian) yang jauh lebih tinggi.
Di peternakan modern, manajemen menyusui berfokus pada memastikan setiap anak babi dapat mengakses puting susu (teat) yang menghasilkan susu berkualitas baik. Anak babi sering kali harus bersaing untuk mendapatkan puting terbaik; puting di bagian depan cenderung menghasilkan susu lebih awal dan lebih banyak, sementara puting di bagian belakang mungkin menghasilkan susu yang lebih sedikit atau kualitasnya berbeda.
Periode laktasi pada babi domestik umumnya berlangsung antara 3 hingga 4 minggu, meskipun penyapihan bisa dilakukan lebih awal tergantung pada tujuan peternakan dan kondisi kesehatan induk. Selama periode ini, kebutuhan nutrisi induk babi melonjak drastis. Induk harus diberi pakan dengan energi dan protein tinggi untuk mendukung produksi susu tanpa mengorbankan kondisi tubuhnya sendiri.
Kekurangan energi atau nutrisi pada induk selama menyusui tidak hanya mengurangi volume susu, tetapi juga dapat menyebabkan induk kehilangan berat badan drastis, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan reproduksi mereka pada siklus birahi berikutnya. Oleh karena itu, manajemen nutrisi pakan selama menyusui adalah salah satu variabel terpenting dalam profitabilitas peternakan babi.
Proses menyusui juga merupakan interaksi perilaku yang kompleks. Anak babi seringkali dikelompokkan secara teratur oleh induknya. Meskipun babi bisa menyusu kapan saja, studi menunjukkan bahwa induk babi seringkali akan 'mengundang' anak-anaknya untuk menyusu pada interval waktu tertentu. Ini adalah adaptasi evolusioner yang memungkinkan induk untuk mengelola pengeluaran energi secara efisien.
Salah satu tantangan terbesar adalah 'crushing' atau tertindihnya anak babi oleh induknya saat berbaring atau bangkit. Ini adalah penyebab utama kematian pada pedet baru lahir. Fasilitas kandang modern dirancang dengan bar pelindung (guard rails) untuk meminimalkan risiko ini, memberikan ruang aman bagi anak babi untuk bergerak menjauh dari berat badan induk.
Selain itu, masalah kesehatan seperti mastitis (peradangan kelenjar susu) pada induk juga dapat mengganggu proses menyusui. Jika puting susu menjadi meradang atau tersumbat, anak babi yang terhubung dengan puting tersebut akan kekurangan nutrisi dan berisiko mengalami dehidrasi.
Kesimpulannya, laktasi pada babi adalah proses biologis yang menuntut energi tinggi dan sangat terstruktur. Keberhasilan peternakan sangat bergantung pada pemahaman mendalam mengenai kebutuhan nutrisi induk, manajemen lingkungan yang aman, dan memastikan setiap anak babi menerima kolostrum serta asupan susu yang memadai selama masa pertumbuhan awal mereka. Ini adalah inti dari keberlanjutan populasi babi.
Pemeliharaan kondisi fisik induk babi pasca-menyusui juga penting. Induk yang terlalu kurus setelah menyusui mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk kembali berahi (estrus) dan siap untuk kawin lagi, yang secara langsung memengaruhi efisiensi produksi tahunan kandang.