Bahasa Sansekerta, yang secara harfiah berarti "yang dimurnikan" atau "yang disempurnakan," adalah salah satu bahasa Indo-Eropa tertua yang masih dipelajari dan dihormati hingga kini. Ia bukanlah sekadar bahasa mati; ia adalah fondasi spiritual, filosofis, dan linguistik bagi banyak kebudayaan di Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Meskipun bukan bahasa percakapan sehari-hari bagi mayoritas penduduk dunia, pengaruhnya tetap terasa kuat dalam kosakata, hukum, dan tradisi keagamaan.
Berasal dari rumpun bahasa Indo-Arya, Sansekerta kuno (Vedic Sanskrit) adalah bahasa yang digunakan dalam kitab-kitab suci Weda. Seiring perkembangan waktu, bahasa ini mengalami standardisasi oleh ahli tata bahasa legendaris, Pāṇini, yang karyanya, Aṣṭādhyāyī, dianggap sebagai salah satu pencapaian linguistik terbesar dalam sejarah. Struktur tata bahasa Sansekerta yang sangat teratur dan logis menjadikannya subjek studi favorit para filsuf dan ahli bahasa.
Ilustrasi Naskah Kuno
Pengaruh Bahasa Sansekerta di Indonesia sangatlah mendalam, terutama melalui masuknya agama Hindu-Buddha ke kepulauan ini berabad-abad yang lalu. Bahasa Sansekerta bukan hanya alat ritual, tetapi juga menjadi bahasa administrasi, sastra, dan ilmu pengetahuan di berbagai kerajaan besar seperti Kutai, Sriwijaya, dan Majapahit. Bukti paling nyata terlihat pada prasasti-prasasti kuno yang ditulis menggunakan aksara Pallawa atau Kawi dengan dominasi kosakata Sansekerta.
Dalam bahasa Indonesia modern, diperkirakan terdapat ribuan kata serapan dari Sansekerta. Kata-kata ini sering kali merupakan istilah formal, filosofis, atau abstrak. Ambil contoh kata seperti 'dharma' (kewajiban/ajaran), 'adhyatma' (rohani), 'bhineka' (berbeda), hingga kata-kata dasar seperti 'prabhu' (penguasa) dan 'bahasa' itu sendiri. Penguasaan kata-kata ini sangat penting untuk memahami karya sastra klasik seperti Kakawin dan Babad.
Salah satu daya tarik utama Sansekerta adalah kekayaan sinonimnya dan kemampuannya mengekspresikan konsep-konsep yang kompleks dengan presisi tinggi. Misalnya, dalam berbagai tradisi filsafat India, terdapat banyak istilah berbeda untuk mendeskripsikan konsep 'cinta' atau 'kebahagiaan' yang masing-masing memiliki nuansa makna yang unik, yang sulit diterjemahkan secara akurat hanya dengan satu kata dalam bahasa lain. Struktur kalimatnya yang fleksibel (karena menggunakan sistem kasus) memungkinkan penyusunan puisi dan mantra yang memiliki ritme dan kekuatan tertentu.
Mempelajari Sansekerta—meskipun hanya dasar-dasarnya—memberikan jendela langsung kepada sumber-sumber spiritual utama Asia, seperti Upanishad, Bhagavad Gita, dan epos agung Ramayana dan Mahabharata. Pemahaman ini memungkinkan kita mengapresiasi akar budaya Asia Tenggara secara lebih mendalam, melampaui sekadar terjemahan tekstual, menuju pemahaman konteks filosofis aslinya. Bahasa Sansekerta adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan kebijaksanaan kuno yang terpatri dalam peradaban besar masa lampau.