(Ilustrasi proses pembakaran khas)
Bekakak ayam bukan sekadar hidangan ayam bakar biasa. Ia adalah warisan kuliner Nusantara, khususnya dari tradisi Sunda di Jawa Barat, yang kaya akan rempah dan filosofi. Kata "bekakak" sendiri merujuk pada teknik penyajian ayam utuh, biasanya setelah proses pembakaran atau pemanggangan yang perlahan. Ayam disajikan dalam posisi yang khas, sering kali tampak seperti sedang "berbaring", memancarkan aroma harum yang menggugah selera.
Berbeda dengan ayam bakar modern yang sering menggunakan bumbu instan atau proses cepat, bekakak ayam menekankan pada proses marinasi yang panjang menggunakan bumbu dasar kuning atau merah kaya rempah. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, meresap hingga ke tulang, dengan kulit luar yang kecoklatan eksotis hasil dari proses pembakaran di atas bara api. Ini adalah santapan yang sering disajikan dalam acara-acara adat, perayaan, atau sebagai hidangan istimewa keluarga.
Mengapa Harus Bekakak? Karena proses memasaknya yang sabar menghasilkan cita rasa otentik yang sulit ditiru oleh metode masak cepat. Kelembutan dagingnya adalah kunci utama kenikmatannya.
Inti dari kelezatan bekakak terletak pada bumbu marinasinya. Bumbu ini harus dihaluskan hingga benar-benar merata agar sempurna menyelimuti setiap serat ayam. Persiapan bumbu ini memerlukan kesabaran dan pemilihan rempah yang tepat.
Setelah bumbu halus siap, ayam (biasanya ayam kampung atau ayam jantan muda) dilumuri secara merata. Proses ini tidak bisa terburu-buru. Idealnya, ayam didiamkan minimal 4-6 jam, atau lebih baik lagi semalaman di dalam lemari pendingin. Proses marinasi yang lama ini memungkinkan semua sari rempah meresap sempurna, sehingga ketika dibakar, ayam tidak hanya gurih di luar tetapi juga lezat hingga ke bagian terdalam.
Setelah dibumbui, ayam kemudian diikat atau diatur dalam posisi "bekakak" (berbaring) dan mulai dipanggang. Proses pembakaran tradisional menggunakan arang kayu lebih diutamakan daripada pemanggangan modern, karena asap dari bara api memberikan aroma smoky yang khas.
Kuncinya adalah api yang tidak terlalu besar dan konsisten. Ayam dibolak-balik secara perlahan. Proses ini bisa memakan waktu lebih dari satu jam tergantung ukuran ayam. Selama pembakaran, seringkali sisa bumbu yang dicampur sedikit air kelapa atau air biasa disiramkan (dibalurkan ulang) ke permukaan ayam. Teknik ini memastikan kulit ayam tidak kering kerontang, melainkan menjadi lembap, mengkilap, dan sedikit gosong manis karena karamelisasi gula merah dari bumbu.
Penyajian Klasik: Bekakak ayam umumnya disajikan dengan nasi hangat, sambal terasi mentah (sambal dadak), lalapan segar (seperti timun, kemangi, dan selada), serta kucuran air jeruk limau untuk memberikan sentuhan asam segar penyeimbang rasa gurih.
Di tengah gempuran makanan cepat saji global, hidangan tradisional seperti bekakak ayam menjadi pengingat akan kekayaan gastronomi lokal. Mencari restoran atau warung yang masih mempertahankan otentisitasnya saat ini mungkin sedikit sulit, namun usahanya sepadan. Rasanya yang kompleks—manis, gurih, pedas rempah, dengan tekstur ayam yang sangat empuk—menawarkan pengalaman makan yang mendalam.
Mencoba membuat bekakak di rumah, meskipun membutuhkan waktu dan usaha lebih, adalah cara terbaik untuk menghargai seni kuliner leluhur kita. Proses menyiapkan bumbu, menunggu marinasi, hingga aroma pembakaran memenuhi dapur, semuanya adalah bagian dari ritual menikmati hidangan istimewa ini. Ini bukan sekadar makan; ini adalah merayakan tradisi melalui rasa. Dengan sedikit kesabaran, hidangan ayam bakar otentik yang empuk dan kaya rempah ini pasti bisa Anda nikmati.