Songket adalah salah satu kain tenun tradisional Indonesia yang paling kaya akan nilai budaya dan seni. Dikenal karena penggunaan benang emas atau perak yang disulam di antara helai-helai benang sutra atau katun, songket bukan sekadar pakaian, melainkan warisan yang menceritakan status sosial, adat istiadat, dan keindahan teknik menenun turun-temurun. Oleh karena itu, ketika membahas mengenai harga songket, kita tidak hanya membicarakan biaya material, tetapi juga waktu, keahlian, dan filosofi di baliknya.
Menentukan harga sebuah lembar songket bisa menjadi kompleks. Ada berbagai variabel yang memengaruhi lonjakan atau penurunan harga jual di pasaran. Memahami faktor-faktor ini penting agar konsumen mendapatkan nilai yang sesuai dengan apa yang mereka beli.
Material adalah penentu utama. Songket tradisional yang dibuat dari benang sutra asli dengan sisipan benang emas murni (bukan imitasi atau imitasi logam) tentu memiliki harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan songket yang menggunakan benang katun atau benang sintetis berlapis metalik. Songket Palembang, misalnya, yang terkenal dengan isian benangnya yang padat, sering kali melonjak harganya karena kualitas sutra dan emasnya.
Proses menenun songket, terutama teknik memasukkan benang pakan (benang penyongket), membutuhkan ketelitian luar biasa. Semakin rapat dan rumit motifnya—seperti motif 'Pucuk Rebung' atau 'Bungo Melur'—semakin lama waktu yang dibutuhkan. Songket dengan kepadatan motif (disebut "songket penuh") bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun untuk diselesaikan oleh satu perajin. Waktu pengerjaan yang lama secara langsung meningkatkan harga songket tersebut.
Setiap daerah penghasil songket memiliki ciri khas dan reputasinya sendiri. Songket dari Sumatera Barat (terkenal dengan songket Pandai Sikek), Songket Bali, hingga Songket Lombok memiliki karakteristik tenun dan pola warna yang berbeda. Reputasi daerah penghasil yang dikenal menghasilkan kualitas terbaik sering kali mempengaruhi harga jual di kota besar.
Untuk memberikan gambaran umum, berikut adalah rentang perkiraan harga songket yang sering ditemukan di pasaran Indonesia. Perlu diingat, angka ini adalah estimasi dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan pengrajin dan inflasi.
Songket yang dibuat khusus (custom order) untuk acara pernikahan atau penobatan adat dengan tingkat kepadatan motif 80% ke atas, biasanya dijual dengan harga premium yang negosiasinya dilakukan langsung dengan maestro penenun.
Jika Anda tertarik memiliki songket namun memiliki batasan anggaran, ada beberapa tips cerdas yang bisa diterapkan tanpa mengorbankan apresiasi terhadap kain ini. Pertama, fokuslah pada songket berbahan dasar sutra campuran atau katun premium. Songket jenis ini sudah menawarkan keindahan visual yang memukau namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Kedua, perhatikan area motif. Songket yang harganya sangat tinggi biasanya memiliki motif penuh di seluruh permukaan. Anda bisa mencari songket yang fokus pada motif indah di bagian kepala dan pinggir kain (border), sementara bagian tengahnya menggunakan tenunan dasar yang lebih sederhana. Ini adalah strategi umum yang dilakukan oleh pengrajin untuk menekan biaya produksi sekaligus menjaga kualitas visual utama.
Ketiga, kunjungi langsung sentra pengrajin. Ketika Anda membeli langsung dari produsen di daerah seperti Silungkang atau Medan, Anda sering kali dapat menghindari mark-up harga yang diterapkan oleh pengecer di kota besar. Walaupun demikian, pastikan Anda mendapatkan informasi yang jelas mengenai komposisi bahan yang digunakan agar transaksi harga songket Anda benar-benar adil.
Secara keseluruhan, songket adalah investasi budaya. Harga yang Anda bayarkan adalah bentuk dukungan terhadap pelestarian salah satu seni tekstil paling berharga di Nusantara. Dengan memahami kompleksitas pembuatannya, Anda akan lebih menghargai setiap helai benang yang membentuk mahakarya kain tradisional ini.