Juz 30, yang sering dikenal sebagai Juz 'Amma, merupakan bagian akhir dari Al-Qur'an. Juz ini istimewa karena mayoritas surahnya adalah surah-surah pendek yang turun di Mekkah (Makkiyah), kecuali beberapa pengecualian. Surah-surah dalam Juz 30 memiliki kedalaman makna yang luar biasa, berbicara tentang keesaan Allah (Tauhid), kebesaran-Nya, hari kiamat, serta memberikan penghiburan dan pelajaran moral bagi umat Islam. Hafalan Juz 30 adalah langkah awal yang penting bagi banyak Muslim dalam perjalanan mereka mempelajari Al-Qur'an.
Meskipun pendek, ayat-ayatnya sarat dengan hikmah. Salah satu permata yang paling menyentuh hati dalam juz ini adalah Surah Ad-Dhuha. Surah ini menjadi penawar bagi kegelisahan dan peneguh keyakinan di saat seorang hamba merasa ditinggalkan atau putus asa.
Surah ke-93 dalam Al-Qur'an ini turun sebagai respons langsung terhadap kondisi psikologis Nabi Muhammad SAW pada suatu masa ketika wahyu sempat terhenti sesaat. Dalam masa penantian yang penuh kegelisahan itu, turunlah Ad-Dhuha untuk menenangkan hati beliau dan mengajarkan pelajaran abadi tentang kasih sayang Allah SWT.
Ayat pembuka, "Demi waktu Dhuha (ketika matahari naik tinggi), dan demi malam apabila telah sunyi," (QS. Ad-Dhuha: 1-2) adalah sebuah sumpah yang kuat. Allah SWT bersumpah menggunakan dua waktu yang memiliki energi dan suasana berbeda—cahaya pagi yang cerah dan kegelapan malam yang hening. Sumpah ini menegaskan bahwa apa yang akan disampaikan setelahnya adalah kebenaran yang tak terbantahkan: Allah tidak pernah meninggalkan Rasul-Nya.
Pernyataan, "Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula membencimu," (QS. Ad-Dhuha: 3) adalah kalimat paling menghibur yang pernah ada. Bagi siapa pun yang pernah merasa terasing, diuji dengan kesepian, atau merasa usahanya tidak dilihat, ayat ini menjadi pegangan bahwa di mata Allah, kita tidak pernah diabaikan. Walaupun kita merasa berada dalam kegelapan, rahmat-Nya selalu ada, siap menyambut kita kembali dengan cahaya pagi.
Juz 30 mengajarkan bahwa kesulitan bersifat sementara. Surah Ad-Dhuha melanjutkan dengan janji yang melampaui masa kini: "Dan sungguh, kehidupan akhirat itu lebih baik bagimu daripada kehidupan dunia ini. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas." (QS. Ad-Dhuha: 4-5).
Ayat ini memberikan perspektif kosmik kepada mukmin. Setiap ujian di dunia ini hanya sementara, sebuah fase singkat dibandingkan keabadian kenikmatan di akhirat. Ini mendorong umat untuk tidak berputus asa dalam beribadah dan beramal saleh, karena imbalan sejati menanti di sisi Allah. Ketika Nabi SAW kemudian diberikan kekayaan, kemuliaan, dan pengakuan dari seluruh umat, janji ini terbukti nyata.
Sebagai penutup, surah ini memberikan tiga perintah praktis sebagai bentuk syukur atas nikmat dan penghiburan yang diberikan:
Juz 30, dengan segala keindahannya, terutama melalui lensa Surah Ad-Dhuha, adalah pengingat konstan bahwa iman adalah perjalanan yang penuh pasang surut. Pada hari-hari gelap, kita diingatkan bahwa ada matahari yang pasti terbit. Pada hari-hari terang, kita diperintahkan untuk bersyukur dan berbagi. Membaca dan merenungkan Juz 30 setiap hari membantu menstabilkan jiwa dan mengarahkan fokus kita dari kesibukan duniawi menuju kekekalan ukhrawi.