Surah Ad-Dhuha (bahasa Arab: الضحى) adalah surah ke-93 dalam urutan mushaf Al-Qur'an, yang terletak di dalam Juz ke-30, atau yang biasa dikenal sebagai Juz Amma. Surah ini terdiri dari 11 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah, yakni surah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di Mekkah sebelum Hijrah.
Penamaan 'Ad-Dhuha' diambil dari ayat pertamanya, yang berarti 'Waktu Dhuha' atau 'Waktu Pagi Setelah Matahari Terbit'. Surah ini diyakini diturunkan sebagai penghibur dan peneguh hati Nabi Muhammad SAW pada masa-masa sulit di awal kenabian, terutama ketika wahyu sempat terhenti sejenak (disebut Fatrah al-wahyi), yang sempat membuat beliau merasa khawatir dan sedih.
Ilustrasi visualisasi ketenangan pagi setelah kegelapan.
Surah Ad-Dhuha dimulai dengan sumpah Allah SWT yang sangat menyentuh:
Tiga ayat pertama adalah inti penghiburan Ilahi. Penggunaan kata "Wadda'aka" (Dia tidak meninggalkanmu) dan "Ma Qala" (Dia tidak membencimu) menghilangkan kegelisahan Rasulullah SAW. Allah bersumpah dengan dua waktu yang kontras—cahaya pagi yang cerah dan kegelapan malam yang tenang—untuk menegaskan bahwa meskipun ada jeda atau kesulitan sesaat, kasih sayang dan perhatian Allah tidak pernah terputus. Ayat 4 dan 5 kemudian memberikan janji manis: bahwa fase kehidupan yang akan datang (akhirat, dan juga keberhasilan masa depan di dunia) jauh lebih baik dan penuh kepuasan dibandingkan masa sulit yang sedang dihadapi saat itu.
Setelah memberikan kepastian akan masa depan, Allah SWT mengingatkan Nabi Muhammad SAW akan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya di masa lampau, sekaligus menancapkan fondasi perilaku sosial seorang Nabi.
Ayat 6 hingga 8 menunjukkan tiga nikmat besar Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi rasul: perlindungan dari masa yatim piatu, petunjuk dari kebingungan, dan kecukupan materi dari kemiskinan. Tiga nikmat ini berfungsi sebagai pengingat bahwa Allah telah membimbingnya dari nol.
Sebagai konsekuensi dari penerimaan rahmat tersebut, Allah memerintahkan Nabi untuk melaksanakan hak-hak sosial, yang kemudian menjadi pedoman bagi seluruh umat Islam:
Ayat penutup menegaskan pentingnya kerendahan hati dan rasa syukur. "Janganlah engkau berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim" dan "janganlah engkau mengusir orang yang meminta" adalah perintah langsung untuk menunjukkan empati dan keadilan sosial. Puncaknya, perintah "Fahaddits" (maka ceritakanlah) berarti mengakui dan mensyukuri setiap nikmat yang Allah berikan, bukan dengan kesombongan, melainkan dengan lisan dan perbuatan.
Secara keseluruhan, Surah Ad-Dhuha adalah paket lengkap penghibur duka, penjamin masa depan, dan panduan moral tentang bagaimana membalas kebaikan Allah dengan sikap sosial yang terpuji. Ini menjadikan Surah ini sangat relevan bagi setiap Muslim yang sedang mengalami kesulitan atau ingin meningkatkan rasa syukurnya.