Surat Al-Fatihah adalah inti dari shalat seorang Muslim. Ia disebut juga Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) karena mengandung makna dasar dari seluruh ajaran Islam. Kesempurnaan shalat sangat bergantung pada kesempurnaan bacaan Al-Fatihah. Namun, karena sering dibaca berulang kali, terkadang muncul kesalahan-kesalahan kecil yang bisa mengubah makna ayat atau mengurangi kesempurnaan bacaan. Memahami dan memperbaiki kesalahan membaca Al-Fatihah adalah hal krusial bagi setiap Muslim.
Kesalahan dalam membaca Al-Fatihah umumnya terbagi menjadi dua kategori utama: kesalahan pada makhrajul huruf (tempat keluarnya huruf) dan kesalahan pada hukum tajwid (cara pengucapan huruf, seperti panjang pendeknya bacaan atau dengung). Kesalahan makhraj bisa mengubah arti kata secara drastis, sementara kesalahan tajwid dapat mengurangi kesempurnaan bacaan.
1. Kesalahan Makhrajul Huruf yang Fatal
Beberapa huruf Arab memiliki kemiripan bunyi dalam pengucapan sehari-hari bahasa Indonesia, namun memiliki perbedaan signifikan dalam pelafalan Al-Qur'an. Jika tertukar, maknanya bisa berubah total.
- Perbedaan Ha’ (ه) dan Hha’ (ح): Huruf 'Ha’ biasa (ه) diucapkan dari tenggorokan bagian bawah, sementara 'Hha’ (ح) diucapkan dengan sedikit penekanan dan rasa "menghela napas" dari tenggorokan tengah. Contoh: Jika 'Alhamdulillah' dibaca dengan Ha’ biasa, ia tetap bisa dipahami, namun membaca 'shirothol ladzina an'amta 'alaihim' (QS. Al-Fatihah: 7) dengan Ha’ yang salah bisa mengurangi kekhusyukan.
- Perbedaan Tsa’ (ث) dan Tsa’ (س): Tsa’ (ث) diucapkan dengan ujung lidah menyentuh sedikit antara gigi seri atas dan bawah (seperti 'th' dalam kata Inggris 'think'). Jika dibaca menjadi 'Sin' (س), maka ayat seperti 'Maliki yaumid deen' menjadi berpotensi keliru.
- Kesalahan Paling Umum: Dhad (ض) dan Dza (ذ): Kesalahan fatal terjadi pada ayat keenam, 'Shirothol ladzina an'amta 'alaihim' (Jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat). Beberapa orang keliru melafalkan 'Dhad' (ض) menjadi 'Dza' (ذ) atau bahkan 'Dhal' (ظ). Huruf Dhad adalah huruf yang paling sulit, di mana sebagian besar tepi lidah menempel pada geraham atas. Jika salah, makna bisa bergeser.
2. Kesalahan Hukum Tajwid (Panjang dan Pendek)
Ini sering terjadi karena kurangnya latihan atau terburu-buru saat shalat. Hukum tajwid sangat mempengaruhi ritme dan keindahan bacaan.
- Memendekkan Bacaan Mad Wajib (Mad Wajib Muttashil): Dalam ayat 'Al-Maa-liki...' atau '...'amta 'alaihim', terdapat mad (pemanjangan) yang wajib dibaca dua setengah atau empat harakat. Jika dibaca pendek seperti bacaan biasa, kualitas bacaan menjadi kurang sempurna.
- Menambah Harakat Tanpa Sebab: Terkadang, karena kebiasaan, bacaan yang pendek malah dipanjangkan. Contoh paling sering terjadi pada kata ''Alhamdu' yang dibaca 'Al-maa-hdu'.
- Kesalahan Ghunnah (Dengung): Pada ayat 'Inna...' atau '...An'amta', huruf Nun bertasydid harus didengungkan (ghunnah). Banyak yang membacanya tanpa dengung sama sekali, sehingga hukum tajwidnya hilang.
Pentingnya Memperbaiki Bacaan Al-Fatihah
Imam besar dan ulama sepakat bahwa shalat seseorang tidak sah jika bacaan Al-Fatihahnya mengandung kesalahan yang mengubah makna secara drastis, terutama kesalahan pada makhrajul huruf seperti Dhad, Dza, atau Tsa. Jika seseorang sudah mencoba memperbaiki namun masih ragu, shalatnya tetap sah dengan catatan ia telah berusaha maksimal untuk belajar. Namun, kita wajib berusaha untuk menyempurnakannya.
Untuk menghindari kesalahan membaca Al-Fatihah, langkah terbaik adalah mendengarkan bacaan qari’ yang masyhur, mengulanginya perlahan, dan jika memungkinkan, meminta koreksi dari guru atau orang yang menguasai ilmu tajwid. Jangan anggap remeh setiap huruf, karena setiap titik dan harakat membawa rahmat dan makna dari Allah SWT.
Dengan memperhatikan detail-detail kecil ini, kita tidak hanya menyempurnakan ibadah shalat kita, tetapi juga menunjukkan penghormatan mendalam terhadap Kalamullah.