Surat Al-Fatihah, yang berarti 'Pembuka', adalah surat pertama dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Namun, kedudukannya jauh melampaui sekadar urutan penomoran. Ia memiliki khususan atau keistimewaan yang tak tertandingi. Para ulama sepakat bahwa Al-Fatihah adalah pondasi dari seluruh ritual keagamaan, terutama shalat. Tanpa membacanya, shalat seseorang dianggap tidak sah, menjadikannya rukun yang fundamental.
Keistimewaan ini diperkuat oleh banyaknya hadis yang menjelaskan bahwa Al-Fatihah adalah kumpulan makna-makna ilahiah yang padat. Ia sering disebut sebagai 'Ummul Kitab' (Induk Al-Kitab) dan 'As-Sab'ul Matsani' (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang), menunjukkan bahwa di dalamnya terkandung inti ajaran Islam secara komprehensif, mulai dari tauhid, pujian, permohonan pertolongan, hingga permohonan petunjuk jalan yang lurus.
Salah satu aspek terpenting dari khususan Al-Fatihah adalah bagaimana ia membentuk dialog spiritual antara hamba dan Tuhannya. Dalam hadis Qudsi yang terkenal, Allah SWT menjelaskan pembagian pahala dan makna di setiap ayat yang dibaca seorang hamba saat shalat:
Dialog ini menunjukkan bahwa membaca Al-Fatihah bukan sekadar pelafalan lisan. Ia adalah sebuah interaksi mendalam yang mengharuskan hadirnya hati (*hudhurul qalb*). Ketika seseorang benar-benar memahami bahwa setiap kalimatnya mendapat respons langsung dari Zat Yang Maha Agung, maka kekhusyuannya akan meningkat secara otomatis.
Khususan Al-Fatihah juga terletak pada perannya sebagai penawar dan pelindung. Ia disebut sebagai *asy-syifa'* (penyembuh). Dalam kisah terkenal, seorang sahabat menggunakan bacaan Al-Fatihah untuk menyembuhkan orang yang sakit parah karena sengatan kalajengking, dengan izin Allah SWT. Ini menegaskan bahwa kekuatan makna di dalamnya memiliki efek spiritual yang nyata.
Selain itu, Al-Fatihah berfungsi sebagai benteng perlindungan dari godaan syaitan dan kegelapan batin. Dengan mengakui bahwa hanya kepada Allah kita menyembah dan memohon pertolongan, kita sedang menegaskan ketergantungan total (*tawakkal*) kita, yang secara inheren mengusir kegelisahan dan keraguan. Memahami khususan ini mendorong seorang muslim untuk tidak pernah meremehkan satu pun huruf atau kata dalam surat yang singkat namun padat hikmah ini. Mengulanginya dalam shalat harian adalah bentuk pemeliharaan spiritual yang konstan.