Dalam dunia perbankan modern, nasabah dihadapkan pada dua pilihan utama: bank konvensional dan bank syariah. Meskipun keduanya sama-sama bergerak dalam intermediasi keuangan, perbedaan mendasar terletak pada landasan filosofis dan operasional yang digunakan. Bank konvensional beroperasi berdasarkan prinsip ekonomi liberal dengan berbasis bunga (riba), sementara bank syariah berlandaskan prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) yang menjunjung tinggi keadilan dan penghindaran terhadap unsur yang dilarang agama seperti riba, gharar (ketidakpastian berlebihan), dan maysir (judi).
Ilustrasi Perbandingan Pendekatan Keuangan
Landasan Filosofis dan Hukum
Perbedaan paling fundamental adalah landasan operasionalnya. Bank konvensional mengikuti hukum positif dan berorientasi pada profitabilitas maksimal tanpa mempertimbangkan etika atau aspek moral dalam transaksi, asalkan legal di mata hukum negara tersebut. Sementara itu, bank syariah mewajibkan seluruh kegiatannya sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dan prinsip-prinsip syariah.
Peran Bunga (Riba)
Dalam bank konvensional, bunga adalah biaya yang harus dibayar peminjam kepada bank (atau pendapatan yang diterima penabung). Bunga dihitung berdasarkan persentase tetap dari pokok pinjaman, tanpa memandang untung atau rugi usaha yang dibiayai. Dalam Islam, bunga ini dikenal sebagai riba dan diharamkan.
Sebaliknya, bank syariah tidak mengenal bunga. Transaksi berbasis penghasilan (profit and loss sharing) atau jual beli dengan margin keuntungan yang disepakati (mark-up) menjadi dasar operasinya. Bank syariah mencari keuntungan melalui kegiatan usaha riil.
Mekanisme Operasional dan Produk
Perbedaan filosofis ini secara langsung memengaruhi produk dan layanan yang ditawarkan oleh kedua jenis bank tersebut.
Bank Konvensional
Bank konvensional fokus pada:
- Kredit (Pinjaman Berbasis Bunga): Memberikan dana dan menentukan bunga yang harus dibayar nasabah, tanpa terlibat dalam risiko usaha nasabah.
- Deposito Berbunga: Nasabah menyimpan dana dan dijamin mendapatkan imbal hasil tetap (bunga) tanpa harus mengetahui bagaimana dana tersebut diinvestasikan.
- Derivatif Spekulatif: Mungkin terlibat dalam instrumen keuangan kompleks yang berpotensi spekulatif.
Bank Syariah
Bank syariah menggunakan akad-akad yang diakui syariah:
- Mudharabah (Bagi Hasil): Salah satu pihak menyediakan modal (bank) dan pihak lain mengelola usaha. Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati, sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal (kecuali ada kelalaian pengelola).
- Musyarakah (Kemitraan): Kedua belah pihak menyertakan modal dan bersama-sama mengelola usaha, dengan pembagian keuntungan dan kerugian berdasarkan kesepakatan.
- Murabahah (Jual Beli dengan Margin): Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah, kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga pokok ditambah margin keuntungan yang telah disepakati di awal.
- Ijarah (Sewa): Bank menyewakan aset kepada nasabah dengan akad sewa yang jelas.
Tabel Perbandingan Utama
| Aspek | Bank Konvensional | Bank Syariah |
|---|---|---|
| Landasan Hukum | Hukum positif/Negara | Hukum Islam (Syariah) |
| Instrumen Keuangan Utama | Bunga (Riba) | Bagi Hasil (Mudharabah), Margin (Murabahah) |
| Konsep Hubungan | Pemberi Pinjaman vs. Peminjam | Kemitraan, Penjual-Pembeli, Penyewa-Penyewa |
| Risiko Kerugian Dana | Nasabah penabung aman dari risiko usaha bank | Nasabah ikut menanggung risiko usaha (kecuali Mudharabah/Deposito) |
| Tujuan Transaksi | Maksimalisasi Keuntungan (Profit Oriented) | Keseimbangan Dunia-Akhirat (Falah Oriented) |
Pengawasan dan Etika
Bank konvensional diawasi ketat oleh otoritas moneter negara, fokus pada kesehatan likuiditas dan solvabilitas. Sedangkan bank syariah, selain diawasi oleh otoritas moneter, juga memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memastikan setiap produk dan operasionalnya bebas dari unsur haram.
Dalam konteks etika, bank syariah memiliki batasan jelas mengenai sektor mana saja yang boleh dibiayai, misalnya tidak boleh membiayai usaha minuman keras, perjudian, atau industri yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara bank konvensional umumnya memberikan kebebasan lebih luas dalam alokasi dana.
Memilih antara keduanya bergantung pada preferensi nasabah, baik dari segi keyakinan agama, toleransi risiko, maupun tujuan finansial jangka panjang yang ingin dicapai.