Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak pelajaran berharga, salah satunya adalah kisah Ashabul Kahfi (Para Pemilik Gua). Ayat 19 dari surah mulia ini adalah momen krusial di mana para pemuda mukmin tersebut terbangun setelah tidur panjang selama ratusan tahun.
Ayat ini berfungsi sebagai jembatan naratif. Sebelumnya, Al-Qur'an menceritakan bagaimana mereka berlindung dari kezaliman kaumnya yang menyembah berhala, dan memohon pertolongan Allah SWT agar melindungi iman mereka. Setelah peristiwa tidur yang ajaib itu, Allah SWT membangunkan mereka kembali. Ayat 19 inilah yang menggambarkan keadaan mereka saat sadar.
Ilustrasi sederhana keadaan setelah terbangun
Ayat tersebut mengisahkan tentang kebingungan yang melanda mereka. Setelah tidur yang sangat panjang—sebuah dimensi waktu yang hanya Allah SWT yang tahu pasti batasnya—ketika mereka sadar, pertanyaan pertama yang keluar dari mulut mereka adalah tentang durasi mereka terlelap.
Inti dari qs al kahfi ayat 19 adalah kontras antara persepsi manusia dan kehendak mutlak Allah. Bagi pemuda mukmin tersebut, waktu terasa berlalu sangat cepat, seolah hanya sehari atau bahkan kurang. Ini menunjukkan betapa kecilnya skala waktu manusia jika dibandingkan dengan kekuasaan dan ketetapan ilahi.
Mereka terbangun dalam kebingungan. Beberapa dari mereka menduga hanya sehari semalam berlalu. Namun, salah satu dari mereka, yang paling bijaksana (sebagaimana disebutkan dalam tafsir), menyarankan untuk tidak berspekulasi. Ia mengingatkan teman-temannya untuk bersandar pada pengetahuan Allah: "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada di sini."
Kehati-hatian dalam berbicara tentang hal gaib atau yang berada di luar jangkauan pengetahuan inderawi merupakan pelajaran penting dari ayat ini. Tidak semua hal harus dijawab dengan kepastian berdasarkan asumsi indrawi. Ketika menghadapi misteri kekuasaan Allah, sikap terbaik adalah mengakui keterbatasan ilmu dan menyerahkan hakikat kebenaran kepada-Nya.
Setelah memastikan bahwa mereka telah tertidur ratusan tahun, langkah mereka selanjutnya dalam ayat-ayat berikutnya adalah menguji keadaan dunia luar. Mereka mengirim satu orang dengan uang perak yang mereka miliki sebelum tidur. Tujuan mereka sederhana: membeli makanan yang paling baik dan memastikan apakah keadaan kota masih sama, ataukah zaman telah berubah total.
Tentu saja, uang perak mereka yang semula berlaku menjadi kuno dan tidak lagi diterima. Ini membuktikan bahwa waktu telah beranjak jauh. Perubahan fisik pada mata uang menjadi bukti nyata bahwa mereka telah melewati era kekuasaan zalim yang mereka hindari.
Kisah Ashabul Kahfi, yang dimulai dengan keteguhan iman dan diabadikan melalui ayat seperti qs al kahfi ayat 19, mengajarkan kita bahwa pertolongan Allah seringkali datang dalam bentuk yang tidak terduga, bahkan melalui 'kematian' sementara (tidur panjang) demi menjaga kemurnian iman di tengah fitnah dunia. Ayat ini mengingatkan bahwa waktu milik Allah, dan kesabaran adalah kunci untuk melewati ujian waktu yang panjang.