Panduan dan Keutamaan Shalat Tasbih Menurut Ustadz Adi Hidayat

Simbol Doa dan Ibadah

Ilustrasi Ibadah dan Kedekatan Spiritual

Shalat Tasbih adalah salah satu amalan sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa. Dalam berbagai kesempatan, Ustadz Adi Hidayat (UAH) sering mengulas tata cara dan kedalaman makna dari shalat yang mengandung 300 kali ucapan tasbih ini. Menurut pandangan beliau, shalat ini adalah sarana untuk memohon ampunan Allah SWT secara kolektif atas dosa-dosa besar maupun kecil.

Landasan Hukum dan Keutamaan

Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa meskipun ada perbedaan pendapat mengenai derajat kesahihan hadis yang meriwayatkan shalat tasbih (ada yang menilai dhaif, namun banyak ulama kontemporer yang memandangnya sebagai hadis yang bisa diamalkan karena adanya jalur penguat), semangat utama dari amalan ini adalah mengagungkan Allah (bertasbih). Beliau seringkali mengaitkan anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak dzikir dan istighfar dengan praktik shalat tasbih ini.

Keutamaan utamanya, seperti yang disarikan dari penjelasan UAH, adalah janji pengampunan dosa. Rasulullah SAW disebutkan pernah bersabda bahwa shalat ini dapat mengampuni dosa yang sangat banyak, bahkan dosa yang telah lalu maupun yang akan datang. Ini menunjukkan urgensi untuk membersihkan diri secara total.

Poin Penting dari Ustadz Adi Hidayat: Meskipun tata caranya sedikit berbeda dari shalat sunnah biasa, yang paling penting adalah kekhusyukan dalam mengucapkan lafaz tasbih: Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaaha illallah, Wallahu Akbar.

Tata Cara Pelaksanaan Shalat Tasbih

Ustadz Adi Hidayat biasanya menjelaskan bahwa shalat tasbih bisa dilaksanakan kapan saja, baik siang maupun malam, dan bisa dilakukan dalam 4 rakaat dengan sekali salam, atau 2 kali salam (2 rakaat, lalu 2 rakaat lagi). Shalat ini terdiri dari empat putaran (rakaat).

Pembagian Tasbih

Setiap satu rakaat, lafal tasbih sebanyak 75 kali harus diucapkan. Karena dilakukan dalam 4 rakaat, totalnya menjadi 4 x 75 = 300 kali tasbih. UAH menekankan bagaimana pembagian tasbih ini diletakkan di setiap rukun shalat:

  1. Sebelum rukuk: 15 kali.
  2. Saat I'tidal (setelah rukuk): 10 kali.
  3. Saat sujud pertama: 25 kali.
  4. Saat di antara dua sujud: 10 kali.
  5. Saat sujud kedua: 25 kali.

Total di setiap rakaat: 15 + 10 + 25 + 10 + 25 = 85 kali. Tunggu, terjadi kesalahan hitung. Menurut riwayat yang sering dirujuk dan dijelaskan oleh banyak ulama, termasuk dalam kajian UAH, pembagian yang lebih umum adalah sebagai berikut (Total 75 kali per rakaat):

Ustadz Adi Hidayat seringkali memberikan solusi praktis: jika terlalu rumit menghafal pembagiannya, maka bacaan tasbih harus dipastikan telah mencapai 75 kali per rakaat sebelum berpindah ke rukun selanjutnya.

Keutamaan Khusus dalam Perspektif UAH

Dalam ceramah-ceramahnya, UAH sering menyoroti bahwa shalat tasbih bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan latihan fokus dan pengakuan atas kebesaran Allah. Ketika seseorang mengucapkan tasbih 300 kali, ia sedang memusatkan seluruh energinya untuk memuji Pencipta.

Beliau juga mengingatkan bahwa shalat tasbih ini sangat dianjurkan diamalkan menjelang akhir kehidupan atau di momen-momen penting seperti malam Nisfu Sya’ban atau sepuluh hari terakhir Ramadan, sebagai upaya maksimal meraih keridhaan Allah. Karena janji pengampunan yang sangat besar, amalan ini perlu diperlakukan dengan serius, bukan sekadar mainan spiritual.

Inti dari ajaran Ustadz Adi Hidayat mengenai shalat tasbih adalah optimisme dalam meraih ampunan. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Lakukan dengan keyakinan, meskipun ragu dengan kesahihan hadisnya, keutamaan dzikirnya tetap bernilai ibadah tinggi.

Bagi umat Muslim yang ingin mengamalkannya, disarankan untuk mengikuti tata cara yang paling sering diajarkan, yaitu 4 rakaat tanpa tasyahud awal, dan memastikan setiap 75 kali tasbih di setiap rakaat terpenuhi. Dengan demikian, shalat tasbih menjadi penutup ibadah yang penuh pengagungan dan pengharapan ampunan ilahi.

Mengakhiri pembahasan ini, shalat tasbih adalah hadiah dari Rasulullah SAW bagi umatnya agar mampu membersihkan diri secara menyeluruh. Ustadz Adi Hidayat senantiasa mendorong umat untuk tidak hanya sekadar tahu, namun juga mengaplikasikan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari demi kedekatan yang sejati dengan Sang Pencipta.

🏠 Homepage