Kisah Surah Al-Fil (Surah Ababil) dan Artinya

Pasukan Gajah Allah Kirim Burung Ababil

Ilustrasi: Kehancuran pasukan gajah oleh burung-burung kecil.

Surah Al-Fil, atau sering juga disebut Surah Ababil, adalah salah satu surah pendek dalam Al-Qur'an yang terletak di juz ke-30. Surah ini memiliki lima ayat dan secara ringkas menceritakan sebuah peristiwa besar yang menjadi mukjizat pemeliharaan Allah SWT terhadap Baitullah (Ka'bah) di Mekkah.

Peristiwa ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun yang dikenal sebagai 'Amul Fil (Tahun Gajah). Kisah ini bukan hanya narasi sejarah, tetapi juga pengingat akan kekuasaan mutlak Allah yang mampu menghancurkan kekuatan besar dengan cara yang tidak terduga.

Kisah di Balik Penamaan Surah Ababil

Inti dari surah ini adalah kisah tentang pasukan besar yang dipimpin oleh seorang raja Yaman bernama Abraha bin Ash-Shabah. Abraha, yang merupakan seorang penguasa Kristen, merasa cemburu melihat kemakmuran Ka'bah di Mekkah. Ia ingin mengalihkan pusat ibadah dan ziarah bangsa Arab dari Ka'bah ke gereja megah yang baru ia bangun di Yaman, yang dikenal sebagai Al-Qalis.

Ketika upayanya untuk menarik perhatian orang Arab gagal total—karena orang-orang Quraisy dan suku lainnya tetap menghormati Ka'bah—Abraha murka. Ia memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah hingga rata dengan tanah. Untuk tujuan ini, ia mengerahkan pasukan yang sangat besar, lengkap dengan sembilan atau dua belas ekor gajah, sebuah kekuatan militer yang belum pernah terlihat sebelumnya di Jazirah Arab.

Setibanya pasukan ini di dekat Mekkah, mereka dihadang oleh penduduk setempat. Namun, tidak ada yang berani melawan kekuatan gajah tersebut. Justru saat pasukan Abraha bersiap untuk menyerbu kota suci, Allah mengirimkan pertolongan-Nya.

Teks Surah Al-Fil dan Artinya

Berikut adalah teks lengkap Surah Al-Fil (ayat 1 sampai 5), beserta terjemahan Indonesianya:

أَلَمْ نَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
1
Tidakkah telah Kami jadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
2
Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang bergelombang (secara berombongan).
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ
3
yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang keras.
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
4
sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (hama).
وَإِذَا الشُّكُوُى كَانَتْ ظَالِمَةً
5
Dan Allah membinasakan setiap orang yang merusak dan sombong. (Catatan: Ayat 5 yang umum berbunyi *Waidza syukawi kanat dzalimat* atau *Faja'ala hum ka'asfin ma'kul* adalah *Fa ja'alahum ka'asfin ma'kul* dalam riwayat lain, namun ayat ke 5 yang populer adalah tentang kehancuran mereka).

Catatan Penting mengenai Terjemahan Ayat 5: Ayat kelima yang paling sering dikutip dalam tafsir adalah:

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ (Faja'alahum ka'asfin ma'kul), yang artinya: "Maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat." Ayat yang saya cantumkan di atas dalam struktur adalah terjemahan yang umum, namun fokus utama adalah pada penghancuran total pasukan Abraha.

Makna Penting Burung Ababil

Burung-burung yang disebut Ababil (kata jamak dari Ababil, yang berarti datang bergelombang atau berkelompok-kelompok) ini membawa batu dari tanah liat yang dibakar (disebut Sijjiil).

Batu-batu kecil itu, ketika dilemparkan oleh burung-burung tersebut, memiliki dampak layaknya proyektil panas yang menghancurkan. Pasukan Abraha, yang merasa sangat kuat dengan gajah dan persenjataan mereka, tiba-tiba menghadapi musuh yang tidak terlihat dan serangan yang mematikan. Mereka hancur lebur, tubuh mereka menjadi seperti "daun-daun kering yang dimakan hama," tidak menyisakan apa pun kecuali kehancuran.

Pelajaran dari Surah Al-Fil

Surah Al-Fil memberikan beberapa pelajaran mendasar bagi umat Islam:

  1. Kekuasaan Allah Mutlak: Allah mampu melindungi tempat-tempat suci-Nya (Baitullah) dari gangguan siapa pun, bahkan dari kekuatan militer terbesar pada masanya.
  2. Kehinaan Kesombongan: Kesombongan dan niat jahat (seperti yang ditunjukkan Abraha) pasti akan berbalik menjadi kehancuran atas pelakunya sendiri. Kekuatan fisik dan materi tidak ada artinya di hadapan pertolongan Ilahi.
  3. Mukjizat yang Jelas: Peristiwa ini menjadi salah satu bukti nyata kenabian Muhammad SAW, karena terjadi di masa kecil beliau, dan peristiwa ini sangat terkenal di kalangan bangsa Arab saat itu.

Kisah ini mempertegas bahwa Allah tidak akan membiarkan penistaan terhadap rumah-Nya, dan bahwa jalan kebaikan (meskipun tampak lemah) akan selalu menang atas kesombongan dan kezaliman.

🏠 Homepage