Al-Qur'an adalah pedoman hidup umat Islam, dan di dalamnya terdapat surah-surah yang memiliki makna mendalam serta manfaat spiritual yang luar biasa. Dua surah yang sering menjadi bacaan harian, terutama untuk perlindungan dan penenang jiwa, adalah Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93) dan Surah An-Nas (Surah ke-114). Kedua surah ini, meskipun berbeda dalam tema utama, saling melengkapi dalam memberikan penghiburan, harapan, serta benteng pertahanan spiritual dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Surah Ad-Dhuha turun pada saat Nabi Muhammad SAW mengalami masa sulit, di mana wahyu sempat terhenti. Penurunan surah ini menjadi penegasan ilahi bahwa Allah tidak pernah meninggalkan beliau. Sementara itu, Surah An-Nas merupakan penutup Al-Qur'an, yang secara eksplisit mengajarkan cara memohon perlindungan dari segala kejahatan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Ilustrasi visualisasi cahaya harapan (Dhuha) dan perlindungan (An-Nas).
Nama Ad-Dhuha merujuk pada waktu dhuha, yaitu pagi hari setelah matahari meninggi. Surah ini dibuka dengan sumpah demi waktu tersebut, menandakan dimulainya hari baru yang penuh potensi dan rahmat. Ayat-ayat awal menegaskan, "Demi waktu dhuha dan malam apabila telah sunyi, sekali-kali Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak (pula) murka kepadamu." Penegasan ini sangat penting karena memberikan ketenangan mutlak bagi Rasulullah SAW dan seluruh umat bahwa pertolongan Allah selalu ada, bahkan ketika jeda ilahi terasa panjang.
Inti dari Surah Ad-Dhuha adalah optimisme dan harapan. Allah mengingatkan Nabi bahwa masa depan (akhirat) jauh lebih baik daripada masa lalu (dunia). Ayat ini menjadi landasan bahwa kesulitan hari ini pasti akan digantikan oleh kemudahan dan kebahagiaan yang lebih besar di kemudian hari. Pesan ini sangat relevan bagi seorang Muslim yang sedang diuji; mereka diingatkan untuk bersabar dan mengharapkan balasan terbaik dari Tuhan, sebagaimana yang dijanjikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Berbeda dengan Ad-Dhuha yang berisi janji kasih sayang dan penghiburan, Surah An-Nas adalah seruan aktif untuk mencari perlindungan. Surah ini, bersama dengan Surah Al-Falaq, dikenal sebagai Al-Mu'awwidzatain (Dua Surah Tempat Berlindung). An-Nas secara spesifik mengajarkan manusia untuk berlindung kepada Rabb (Pemelihara), Malik (Raja), dan Ilah (Penyembah) satu-satunya dari kejahatan Al-Waswas Al-Khannas.
"Al-Waswas Al-Khannas" merujuk pada bisikan jahat yang bersembunyi dan menghilang saat kita mengingat Allah. Bisikan ini dapat datang dari jin maupun manusia. Dengan membaca Surah An-Nas, seorang Muslim secara sadar menempatkan dirinya di bawah naungan tiga sifat agung Allah: kekuasaan-Nya sebagai Pemelihara, otoritas-Nya sebagai Raja, dan hak-Nya sebagai Tuhan yang disembah. Ini adalah bentuk pertahanan spiritual paling dasar dan paling kuat.
Apabila digabungkan, Surah Ad-Dhuha dan An-Nas menawarkan keseimbangan sempurna dalam spiritualitas seorang Muslim. Ketika hati merasa gundah, ditinggalkan, atau tertekan oleh masalah duniawi, Ad-Dhuha datang membawa janji bahwa Allah memperhatikan dan akan mengangkat derajat kita. Ini membangun rasa cinta dan ketergantungan positif kepada Sang Pencipta.
Sementara itu, ketika kita merasa terancam oleh keraguan, godaan, atau energi negatif yang ingin menjauhkan kita dari jalan kebenaran, An-Nas menjadi tameng pelindung. Ia mengajarkan bahwa kita harus secara aktif memohon perlindungan dari sumber kejahatan tersebut. Mengamalkan kedua surah ini secara rutin tidak hanya menjadi ibadah sunnah, tetapi juga strategi praktis untuk menjaga kesehatan mental dan keteguhan iman dalam menghadapi hiruk pikuk kehidupan modern. Membaca Ad-Dhuha adalah menyalakan harapan, dan membaca An-Nas adalah membangun tembok keamanan spiritual. Keduanya adalah rahmat tak terhingga yang harus kita pelihara.