Surah Al-Kahfi (Gua) adalah surah ke-18 dalam urutan mushaf Al-Qur'an, terdiri dari 110 ayat. Surah ini termasuk golongan Makkiyah, yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Nama 'Al-Kahfi' merujuk pada kisah utama yang terkandung di dalamnya, yaitu kisah Ashabul Kahfi (Pemilik Gua).
Secara umum, Surah Al-Kahfi menawarkan tiga ujian besar kehidupan yang sering dihadapi manusia: Ujian Fitnah Dunia (kekayaan dan ilmu), Ujian Kekuasaan (kisah Dzulqarnain), dan Ujian Fitnah Agama (kisah Ashabul Kahfi dan kisah dua pemilik kebun). Membaca dan merenungi surah ini sering dikaitkan dengan perlindungan dari fitnah terbesar, yaitu Dajjal.
Kisah ini menceritakan sekelompok pemuda beriman yang hidup di masa kekuasaan raja yang zalim. Karena menjaga keimanan mereka, mereka melarikan diri dan bersembunyi di dalam gua. Allah SWT menidurkan mereka selama berabad-abad, sebagai mukjizat dan bukti kekuasaan-Nya atas waktu. Setelah bangun, mereka mendapati bahwa zaman telah berganti dan masyarakat telah memeluk agama yang benar. Kisah ini mengajarkan tentang keteguhan iman di tengah tekanan sosial dan pentingnya tawakal.
Kisah perumpamaan tentang dua orang pria yang salah satunya diberkahi Allah dengan kebun yang sangat subur, sementara yang lain tidak. Orang yang kaya menjadi sombong, mengingkari hari kebangkitan, dan membanggakan hartanya. Ia lupa bahwa semua yang dimilikinya hanyalah titipan. Ketika kebunnya hancur karena bencana, ia menyesali kesombongan dan kekikirannya. Pelajaran utamanya adalah peringatan agar kekayaan tidak membuat seseorang lupa kepada Allah dan hari akhir.
Ini adalah kisah perjalanan Nabi Musa AS untuk menuntut ilmu dari hamba Allah yang saleh, Khidr. Selama perjalanan, Musa menyaksikan tiga perbuatan Khidr yang tampak aneh dan tidak masuk akal (merusak perahu, membunuh seorang anak, dan memperbaiki tembok yang hampir roboh). Baru setelah Khidr menjelaskan hikmah di balik setiap tindakannya, Musa menyadari bahwa ilmu manusia sangat terbatas dibandingkan ilmu Ilahi. Kisah ini mengajarkan kerendahan hati dalam menuntut ilmu dan penerimaan terhadap takdir yang terkadang sulit dipahami.
Dzulqarnain adalah seorang penguasa besar yang diberi kekuatan dan otoritas untuk menjelajahi bumi. Ia berhasil menundukkan bangsa-bangsa yang zalim dan membangun penghalang kokoh untuk melindungi kaum yang lemah dari kejahatan Ya'juj dan Ma'juj. Kisah ini menyoroti bagaimana kekuasaan harus digunakan untuk menegakkan keadilan dan kemaslahatan umum, bukan untuk kesombongan pribadi.
Membaca Surah Al-Kahfi memiliki keutamaan yang sangat besar, terutama jika diamalkan pada hari atau malam Jumat. Keutamaan ini telah ditegaskan dalam berbagai hadis sahih, menjadikannya amalan sunnah yang sangat dianjurkan.
Oleh karena itu, menjadikan pembacaan Surah Al-Kahfi sebagai rutinitas, terutama di akhir pekan, adalah cara efektif untuk menyejukkan hati dan mempersiapkan diri dari godaan duniawi yang digambarkan dalam kisah-kisah surah ini.