Ilustrasi Gua (Ashab al-Kahf)
Membuka Tabir Keagungan dan Petunjuk dalam Surat Pembeda
Surah Al-Kahfi (Surat Gua) adalah salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an yang mengandung kisah-kisah penuh hikmah dan peringatan penting bagi umat Islam, terutama menjelang akhir zaman. Ayat 1 hingga 31 merupakan pembuka yang fundamental, menetapkan fondasi keimanan, memuji Allah, dan memperkenalkan kisah utama yang akan dibahas dalam surat ini: kisah Ashab al-Kahf (Pemuda Pemilik Gua).
Keutamaan membaca surat ini, khususnya pada hari Jumat, sangat ditekankan dalam banyak riwayat. Bagian awal ini (ayat 1-31) berfokus pada penegasan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk lurus yang diturunkan tanpa cacat sedikit pun.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ (1)
Kajian: Segala puji hanya milik Allah, Zat yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad SAW) dan Dia tidak menjadikan di dalamnya kebengkokan (sedikit pun).
Ayat-ayat awal ini adalah penegasan terhadap kesempurnaan Al-Qur'an. Kata 'iwaja' (kebengkokan) menegaskan bahwa tidak ada kontradiksi, kesalahan, atau ajaran yang sesat di dalamnya. Ini berfungsi sebagai penolakan terhadap keraguan dan klaim bahwa kitab suci tersebut mengandung kejanggalan. Tujuan diturunkannya kitab ini adalah sebagai peringatan keras bagi orang-orang kafir dan pembawa kabar gembira bagi orang-orang beriman yang beramal saleh.
Ayat 5-8 kemudian memberikan peringatan keras mengenai nasib mereka yang menganggap Allah memiliki anak, sebuah keyakinan yang sangat tercela dalam Islam. Allah menegaskan bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan tentang hal ini, dan ucapan mereka adalah kebohongan besar. Ini adalah peringatan bagi mereka yang menyekutukan Allah, menetapkan bahwa pahala mereka akan sia-sia karena kesyirikan tersebut.
Memasuki ayat 9, narasi beralih ke kisah yang menjadi inti dari surat ini, yaitu Ashab al-Kahf. Mereka adalah sekelompok pemuda saleh yang hidup di masa kekuasaan raja yang zalim dan menyembah berhala.
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا (9)
Kajian: Apakah kamu mengira bahwa Ashab al-Kahf dan Ar-Raqim (mereka yang tertulis) itu termasuk di antara tanda-tanda Kami yang mengherankan?
Tanda kebesaran Allah bukan hanya pada kisah ini, tetapi pada seluruh alam semesta. Para pemuda ini memilih untuk meninggalkan kemewahan dan tekanan sosial demi mempertahankan tauhid mereka. Mereka berdoa memohon rahmat dari sisi Allah. Respons Allah adalah menganugerahkan tidur panjang selama ratusan tahun di dalam gua. Tidur yang ajaib ini menjadi bukti kekuasaan Allah atas waktu dan kehidupan.
Setelah tertidur lelap, mereka terbangun dan menyadari bahwa situasi di luar telah berubah total. Orang-orang di sekitar mereka kini telah beriman. Mereka keluar dari gua dengan hati-hati. Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana Allah menjaga kesucian iman mereka meskipun keadaan berubah drastis.
Ayat 19 menegaskan bahwa kebangkitan mereka adalah pelajaran. Mereka saling bertanya berapa lama mereka tertidur. Ayat 20-22 menunjukkan reaksi masyarakat luar saat mengetahui keberadaan mereka, yang kemudian menyebabkan perselisihan tentang cara memperlakukan gua tersebut (dijadikan tempat ibadah atau monumen). Kisah ini mengajarkan pentingnya berpegang teguh pada kebenaran dan tidak terlalu bergantung pada opini mayoritas atau ambiguitas politik saat itu.
Tiga belas ayat terakhir dari pembukaan ini memberikan panduan etika fundamental dalam berinteraksi dengan orang lain terkait hal-hal yang belum jelas atau kontroversial.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَايْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا (23) إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا (24)
Kajian: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, "Saya pasti akan melakukannya besok," kecuali (dengan menambahkan), "Insya Allah." Dan ingatlah Tuhanmu jika kamu lupa...
Ayat 23 dan 24 adalah pondasi tawakal (berserah diri). Semua rencana harus diikat dengan kehendak Allah (Insya Allah). Ayat ini menegaskan bahwa kepastian hanya milik Allah, dan manusia hanya merencanakan. Kelalaian menyebut nama Allah saat berjanji (lupa mengatakan "Insya Allah") harus segera diperbaiki dengan mengingat-Nya.
Ayat-ayat berikutnya (25-31) membahas durasi tidur mereka (300 tahun ditambah 9 tahun), menegaskan bahwa itu adalah pengetahuan rahasia Allah. Puncaknya adalah perintah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk bersabar dalam berdakwah, bergaul dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari (mencari majelis ilmu yang baik), serta bersikap teguh dalam keimanan. Ayat 31 menutup segmen ini dengan janji bahwa bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, disediakan surga firdaus yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, tempat mereka kekal di dalamnya.