Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah yang sangat dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat, penuh dengan pelajaran berharga mengenai cobaan hidup, iman, dan hakikat dunia. Salah satu ayat kunci yang sering direnungkan dalam konteks ini adalah ayat ke-39.
Teks Surah Al-Kahfi Ayat 39
Ayat ini memberikan peringatan keras mengenai ilusi dan sifat fana dari kekayaan duniawi. Teks aslinya dalam bahasa Arab, beserta terjemahannya, adalah fondasi untuk memahami peringatan ini.
"Dan mengapa kamu tidak mengatakan ketika kamu memasuki kebunmu "Maasya Allah, laa quwwata illaa billah" (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terjadi, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu menganggapku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan anak..."
Ayat ini sering kali dikaitkan dengan kisah pemilik kebun yang sombong (seperti diceritakan pada ayat-ayat sebelumnya). Peringatan ini adalah sebuah penyesalan yang seharusnya diucapkan pemilik tersebut. Ia seharusnya mengakui bahwa segala kemuliaan, kekayaan, dan keturunan yang ia miliki adalah titipan dan sepenuhnya bergantung pada kehendak Allah SWT.
Makna Kekuatan Pengakuan (Maasya Allah)
Inti dari surah al kahfi 39 terletak pada frasa "Maasya Allah, laa quwwata illaa billah". Ini bukan sekadar ucapan basa-basi, melainkan sebuah pengakuan tauhid yang mendalam.
- Maasya Allah (ما شاء الله): Pengakuan bahwa segala sesuatu yang baik terjadi adalah atas kehendak dan izin Allah. Ini menumbuhkan rasa syukur yang murni tanpa disertai rasa ujub (bangga diri).
- Laa quwwata illaa billah (لا قوة إلا بالله): Pengakuan bahwa tidak ada kekuatan, kemampuan, atau daya untuk mempertahankan nikmat tersebut kecuali dari Allah. Ini adalah penyerahan diri total.
Ketika seseorang mengucapkan kalimat ini saat melihat kesuksesan atau harta benda miliknya, ia telah menutup pintu kesombongan dan melindungi dirinya dari sifat kufur nikmat. Tanpa pengakuan ini, kekayaan bisa menjadi ujian yang menjerumuskan, seperti yang dialami oleh pemilik kebun dalam narasi Al-Kahfi.
Bahaya Meremehkan Kekayaan
Ayat tersebut melanjutkan dengan kecaman jika ia menganggap dirinya lebih unggul dalam hal harta dan anak dibandingkan orang lain (terutama yang beriman). Perspektif seperti ini adalah jebakan duniawi. Surah Al-Kahfi secara konsisten mengingatkan bahwa dunia ini hanyalah kesenangan sesaat. Harta yang banyak, anak yang berlimpah, atau kekuasaan yang besar bukanlah tolok ukur kebahagiaan sejati di sisi Allah.
Banyak orang modern terjerumus dalam perangkap yang sama: membandingkan pencapaian materiil mereka dengan orang lain, merasa lebih hebat karena akumulasi kekayaan, dan lupa bahwa rezeki tersebut bisa hilang dalam sekejap mata, baik karena bencana alam, krisis ekonomi, atau kematian. Ayat ini adalah pengingat bahwa kesuksesan sejati adalah ketika kita berhasil menggunakan nikmat dunia untuk meraih ridha Allah di akhirat.
Pelajaran Praktis dari Ayat 39
Menginternalisasi pesan surah al kahfi 39 membawa dampak signifikan pada cara pandang kita sehari-hari. Pertama, ia menanamkan kerendahan hati. Kedua, ia mendorong kita untuk terus berusaha namun selalu bersandar kepada Allah. Ketiga, ia membantu kita melihat bahwa orang lain yang mungkin lebih sedikit hartanya, namun lebih kaya imannya, jauh lebih mulia di hadapan Pencipta.
Dalam konteks modern, saat kita mendapatkan promosi, membeli aset baru, atau melihat pertumbuhan investasi, jeda sejenak untuk berucap "Maasya Allah, laa quwwata illaa billah" adalah benteng spiritual yang ampuh. Ini memastikan bahwa apresiasi kita terhadap pencapaian tidak berubah menjadi kesombongan yang akan menghapus keberkahan dari nikmat tersebut. Surah Al-Kahfi, melalui ayat 39 ini, memberikan formula spiritual untuk menjaga keseimbangan antara meraih dunia dan mempersiapkan akhirat.