Ilustrasi pemuda Ashabul Kahfi memasuki gua perlindungan.
Surah Al-Kahfi (Gua) adalah surah ke-18 dalam Al-Qur'an yang memiliki keutamaan besar, terutama jika dibaca pada hari Jumat. Ayat 18 dan 19 secara khusus menceritakan kondisi fisik dan mental para pemuda Ashabul Kahfi (Penduduk Gua) saat mereka tertidur lelap selama berabad-abad.
Ayat ke-18 memberikan gambaran menakjubkan tentang bagaimana Allah SWT menjaga tubuh para pemuda tersebut dari kerusakan akibat waktu dan cuaca. "Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, ia berpaling dari gua mereka ke sebelah kanan, dan ketika ia terbenam, ia berlalu dari mereka ke sebelah kiri."
Ini menunjukkan bahwa posisi gua mereka sangat strategis. Matahari tidak pernah menyinari langsung tubuh mereka. Ketika pagi tiba, sinar matahari mengarah ke sisi kanan gua, dan ketika senja datang, sinar matahari menjauhi mereka ke sisi kiri. Kondisi ini menjaga suhu di dalam gua tetap stabil, mencegah kelembaban berlebihan yang bisa menyebabkan pembusukan, sekaligus memberikan sedikit pencahayaan alami tanpa membakar.
Keterangan ini ditegaskan lebih lanjut: "Itulah di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah." Ini adalah bukti nyata dari kekuasaan Allah yang mampu mengatur peredaran benda langit demi melindungi hamba-Nya yang taat. Bagian penutup ayat tersebut mengingatkan kita tentang hakikat petunjuk: "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka engkau sekali-kali tidak akan menemukan penolong yang dapat menunjuki dia." Ini menegaskan bahwa hidayah adalah murni karunia Ilahi.
Setelah tidur panjang yang diperkirakan memakan waktu ratusan tahun, mereka dibangunkan kembali. Ayat 19 memulai narasi kebingungan dan upaya adaptasi mereka terhadap dunia luar. "Dan demikian pula Kami bangunkan mereka (dari tidurnya) agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri."
Kebangkitan ini tidak langsung membawa kesadaran penuh akan lamanya waktu yang telah berlalu. Percakapan mereka dipenuhi keheranan. Ketika ditanya, "Sudah berapa lama kamu tidur?", jawaban mereka ("Kita telah tertidur sehari atau setengah hari") menunjukkan betapa tidurnya mereka terasa singkat, seolah-olah hanya tidur malam biasa.
Perbedaan persepsi waktu ini sangat kontras dengan realitas di luar gua. Untuk menguji dan mengkonfirmasi situasi, mereka mengambil keputusan praktis. Mereka sepakat untuk mengirim salah satu dari mereka kembali ke kota dengan membawa perak yang mereka miliki. Mereka memberikan instruksi yang sangat jelas dan hati-hati:
Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang kepercayaan penuh kepada pertolongan Allah dalam menghadapi ujian besar, serta pentingnya kehati-hatian saat berinteraksi kembali dengan masyarakat yang telah berubah total.
Dua ayat ini saling melengkapi dalam menceritakan mukjizat Ashabul Kahfi. Ayat 18 fokus pada pemeliharaan fisik oleh Allah melalui pengaturan kosmos (matahari), sementara Ayat 19 fokus pada pemeliharaan kejiwaan dan pengujian adaptasi sosial mereka.
Kisah ini memperkuat tema utama Surah Al-Kahfi: perlindungan bagi mereka yang teguh memegang akidah di tengah penindasan. Mereka tidak hanya dijaga dari bahaya fisik (panas, dingin, pembusukan) tetapi juga dipersiapkan untuk menghadapi realitas baru. Ayat-ayat ini menggarisbawahi bahwa pertolongan Allah datang dalam bentuk yang mungkin tidak kita duga, baik melalui perlindungan yang tampak ajaib maupun melalui proses bertahap untuk menghadapi perubahan zaman.
Bagi umat Islam, ayat-ayat ini adalah pengingat bahwa ujian keimanan (fitnah) akan selalu ada, dan perlindungan sejati hanya datang dari Dzat yang Maha Kuasa yang mampu memutar matahari dan mengatur waktu.