Memahami Pesan Ilahi

Surah Al-Kahfi Ayat 94: Inti Permintaan Kaum yang Teraniaya

Surah Al-Kahfi, yang sering dibaca pada hari Jumat, mengandung banyak pelajaran penting mengenai ujian kehidupan, kesabaran, dan peringatan terhadap kesesatan. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, Ayat ke-94 menyoroti sebuah momen kritis dalam dialog antara Nabi Musa AS dengan pengikutnya mengenai konflik mereka dengan kaum yang angkuh dan zalim.

Ayat ini secara khusus merekam permintaan yang lugas dan jelas dari Bani Israil ketika mereka menghadapi ancaman fisik dan penolakan dari penduduk suatu negeri yang menolak memberi mereka tempat bernaung atau makanan.

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهل نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Qālū yā ẕal-qarnayni inna Yaʼjūja wa Maʼjūja mufsidūna fīl-arḍi fahal najʻalu laka kharjan ‘alá an tajʻala baynanā wa baynahum saddā(n).
Artinya: Mereka berkata, "Wahai Ḏul-Qarnain, sesungguhnya Yaʼjūj dan Maʼjūj (Gog dan Magog) sangat berbuat kerusakan di bumi. Maukah kami memberikan kepadamu semacam upeti (pajak) agar kamu membuat tembok penghalang antara kami dan mereka?"

Konteks Sejarah dan Pelajaran Moral

Ayat 94 ini melanjutkan kisah perjalanan Ḏul-Qarnain (sosok penguasa adil yang kuat). Setelah ia menyelesaikan urusannya di wilayah barat, ia bergerak ke timur dan bertemu dengan sebuah kaum yang menghadapi masalah serius: gangguan dari suku barbar yang dikenal sebagai Yaʼjūj dan Maʼjūj. Kaum ini dikenal suka mengganggu ketertiban, merampas hak milik, dan menyebarkan kerusakan ('ifsad) di muka bumi.

Permintaan kaum ini menunjukkan dua hal penting: pertama, pengakuan mereka terhadap bahaya yang mengancam; kedua, kesediaan mereka untuk membayar kompensasi demi keamanan. Mereka menawarkan 'kharj' (upeti atau bayaran) kepada Ḏul-Qarnain agar ia menggunakan kekuasaan dan ilmunya untuk membangun benteng pemisah yang kokoh.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengajarkan kita pentingnya mencari solusi pragmatis dan adil ketika menghadapi ancaman eksternal. Kaum yang lemah dan terancam harus mencari kekuatan (dalam hal ini Ḏul-Qarnain, yang diperkuat oleh Allah) dan bersedia berkorban secara materi demi keselamatan kolektif.

Menghadapi Kerusakan dengan Upaya Kolektif

Pesan utama dari surah Al-Kahfi ayat 94 adalah bagaimana menghadapi ancaman perusakan yang sistematis. Yaʼjūj dan Maʼjūj melambangkan kekuatan destruktif yang tak terkendali. Dalam kehidupan modern, 'ifsad' ini bisa berupa ideologi yang merusak, ketidakadilan ekonomi, atau konflik sosial yang terus menerus mengganggu stabilitas masyarakat.

Ketika Nabi Musa AS menghadapi masalah serupa (meskipun dalam konteks yang berbeda dalam ayat sebelumnya), ia meminta kesabaran dan bantuan Allah. Di sini, ketika Ḏul-Qarnain ditawarkan upeti, beliau menunjukkan prinsip kepemimpinan yang sejati. Beliau menolak tawaran upeti tersebut dan menegaskan bahwa imbalannya adalah kemuliaan Allah dan kesalehan itu sendiri, bukan harta duniawi.

Tindakan Ḏul-Qarnain mengajarkan bahwa integritas dan keadilan harus didahulukan di atas keuntungan pribadi. Kekuatan sejati tidak dibeli dengan uang, melainkan dibimbing oleh wahyu dan tujuan mulia untuk menegakkan kemaslahatan umat.

Memahami ayat ini memberi kita inspirasi untuk tidak hanya mengeluh tentang kerusakan yang terjadi di sekitar kita, tetapi juga proaktif dalam mencari solusi struktural—baik melalui pembangunan pertahanan spiritual, sosial, maupun fisik—sambil menjaga agar motivasi kita tetap murni karena mencari ridha Tuhan, bukan sekadar imbalan materi.

Ayat ini menjadi penegasan bahwa pertahanan terhadap kerusakan ('ifsad) memerlukan upaya terstruktur, perencanaan yang matang, dan pemimpin yang berpegang teguh pada prinsip ketuhanan. Ini adalah pelajaran abadi yang relevan bagi setiap generasi yang mendambakan kedamaian dan ketertiban.

Ilustrasi Tembok Penghalang antara Dua Suku Kaum Mukmin SADD (Batas Pelindung) Y & M Minta Dibangun
🏠 Homepage