Memahami urutan turunnya wahyu Al-Qur'an adalah salah satu cabang ilmu yang sangat penting, yaitu ilmu Asbabun Nuzul dan Tartibun Nuzul. Pertanyaan mengenai surah Al-Lail diturunkan sesudah surah apa sering muncul di kalangan penelaah Al-Qur'an. Surah Al-Lail (Malam Hari) adalah surah ke-92 dalam susunan mushaf, namun urutan penurunannya memiliki posisi spesifik dalam kronologi kenabian.
Konteks Penurunan Wahyu
Al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus, melainkan secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun, sesuai dengan kebutuhan, peristiwa, dan konteks sosial pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Para ulama telah melakukan penelitian mendalam berdasarkan riwayat-riwayat sahih untuk menentukan urutan turunnya surah-surah tersebut, terlepas dari urutan penulisan di dalam mushaf saat ini.
Ilustrasi kronologis urutan penurunan wahyu.
Posisi Surah Al-Lail dalam Kronologi
Menurut riwayat yang paling kuat mengenai tartibun nuzul (urutan penurunan), Surah Al-Lail merupakan salah satu surah Makkiyah yang diturunkan cukup awal. Penentuan pasti surah mana yang tepat mendahuluinya seringkali diperdebatkan antar ulama, karena terkadang ada perbedaan penafsiran terhadap urutan yang diterima.
Namun, konsensus umum dari para mufassir dan ahli sejarah Islam menunjukkan bahwa Surah Al-Lail diturunkan setelah serangkaian surah pendek lainnya yang juga merupakan bagian dari fase awal kenabian di Mekkah. Secara spesifik, mayoritas pandangan menempatkan surah Al-Lail diturunkan sesudah surah Adh-Dhuha. Surah Adh-Dhuha (Surah ke-93 dalam mushaf, namun urutan turunnya lebih awal) atau kadang disebut setelah surah-surah yang membahas ketenangan hati Rasulullah ﷺ di masa-masa awal dakwah.
Perbandingan dengan Urutan Mushaf
Penting untuk dicatat bahwa urutan dalam mushaf (yang kita kenal saat ini) didasarkan pada ketetapan Rasulullah ﷺ bersamaan dengan penulisan wahyu di bawah pengawasan Jibril di akhir hayat beliau, dan bukan murni berdasarkan urutan kronologis turunnya. Surah Al-Lail berada di urutan ke-92 dalam mushaf standar Utsmani. Sementara itu, surah yang turun sebelum Al-Lail secara kronologis mungkin memiliki nomor urut yang jauh berbeda dalam mushaf. Misalnya, Surah Al-Alaq (yang pertama turun) berada di urutan ke-96.
Fokus pada urutan penurunan ini bertujuan untuk memahami konteks historis dan psikologis Nabi Muhammad ﷺ saat menerima ayat tersebut. Surah Al-Lail sendiri berbicara tentang perbedaan antara orang yang berinfak di jalan Allah dan orang yang kikir, serta penegasan bahwa akhir yang baik disediakan bagi mereka yang bertakwa. Ayat-ayat seperti ini sangat relevan dalam masa-masa sulit dakwah awal di Mekkah, di mana penekanan pada amal saleh menjadi sangat vital.
Detail Kronologis Lanjut
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Surah Al-Lail berada di antara surah-surah yang memberikan dorongan spiritual yang kuat. Jika kita melihat rangkaian surah Makkiyah awal, Al-Lail seringkali dikelompokkan dengan surah-surah yang membahas janji dan ancaman yang lebih tegas dibandingkan surah-surah awal yang lebih bersifat menenangkan (seperti Adh-Dhuha atau Al-Inshirah).
Dengan demikian, ketika kita membahas surah Al-Lail diturunkan sesudah surah apa, jawabannya mengarah pada ayat-ayat yang sudah terlebih dahulu memberikan fondasi keimanan yang kokoh. Urutan ini menegaskan bahwa Islam berkembang secara bertahap, membangun kesadaran tauhid, keteguhan hati, dan praktik sosial yang benar secara berkesinambungan.
Studi tentang tartibun nuzul, meskipun kadang memiliki sedikit variasi antar ulama karena sifatnya yang merupakan riwayat, memberikan gambaran utuh bagaimana Al-Qur'an menjadi panduan hidup yang dinamis, merespons realitas umat pada setiap tahapan dakwah. Memahami urutan ini membantu kita menghargai proses panjang pewahyuan yang membentuk syariat dan akhlak umat Islam.