Ketika kita berbicara mengenai Surah Al-Ikhlas (Surah ke-112), yang merupakan salah satu surah paling fundamental dalam memahami tauhid, seringkali muncul pertanyaan tentang surah mana yang mendahuluinya dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Dalam tertib mushaf (susunan standar Al-Qur'an yang kita gunakan saat ini), Surah Al-Ikhlas diletakkan sangat dekat di akhir, namun ia tidak berada di urutan terakhir.
Secara keseluruhan, Al-Qur'an terdiri dari 114 surah. Surah Al-Ikhlas menempati urutan ke-112. Dalam urutan ini, surah-surah pendek yang biasanya mengakhiri mushaf tersusun secara berurutan.
Maka, **surah yang berada tepat sebelum Surah Al-Ikhlas adalah Surah Al-Lahab (Surah ke-111)**. Surah Al-Lahab, yang juga dikenal dengan nama Surah Masad, memiliki kekhususan dalam isinya karena merupakan satu-satunya surah yang secara eksplisit menyebut nama salah satu musuh bebuyutan Rasulullah ﷺ, yaitu Abu Lahab, paman beliau.
Surah Al-Lahab terdiri dari lima ayat pendek yang mengandung peringatan keras dari Allah SWT terhadap Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, atas penolakan dan permusuhan mereka terhadap dakwah Islam. Nama "Al-Lahab" berarti "nyala api", merujuk pada azab yang dijanjikan bagi mereka.
Ayat pertama surah ini dimulai dengan firman Allah: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa." (QS. Al-Lahab: 1). Ayat ini memberikan janji kepastian akan kehancuran dan kerugian bagi siapa pun yang secara aktif menentang kebenaran Allah, terlepas dari hubungan kekerabatan.
Surah ini menjadi pengingat bahwa permusuhan terhadap risalah kenabian akan berujung pada konsekuensi serius di akhirat. Meskipun Abu Lahab adalah kerabat dekat Nabi Muhammad ﷺ, hal itu sama sekali tidak memberikan perlindungan dari siksa ilahi akibat kekafiran dan perbuatan zalimnya.
Menariknya, surah yang mendahului dan surah yang mengikuti Al-Ikhlas menunjukkan kontras yang sangat jelas dalam fokus temanya. Surah Al-Lahab (sebelumnya) berfokus pada ancaman dan konsekuensi bagi penentang tauhid, sementara Surah Al-Ikhlas (setelahnya) fokus total pada esensi tauhid itu sendiri.
Surah Al-Ikhlas sering disebut sebagai "seperpertiga Al-Qur'an" karena padatnya makna keesaan Allah (Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma was-Sifat) dalam empat ayat ringkasnya. Ia mendefinisikan Allah secara mutlak, tanpa tandingan, tanpa permisalan. Kontras ini menunjukkan keseimbangan dalam Al-Qur'an: di satu sisi ada peringatan keras terhadap syirik dan kekafiran (seperti dalam Al-Lahab), dan di sisi lain ada penjelasan sempurna mengenai hakikat keesaan Allah (dalam Al-Ikhlas).
Setelah Surah Al-Ikhlas, Al-Qur'an melanjutkan dengan Surah Al-Falaq (Surah ke-113), yang merupakan permohonan perlindungan dari segala kejahatan yang tampak dan tersembunyi. Kemudian diikuti oleh Surah An-Nas (Surah ke-114), yang merupakan permintaan perlindungan dari bisikan kejahatan yang datang dari jin dan manusia. Ketiga surah terakhir ini (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas) seringkali dibaca bersamaan sebagai wirid perlindungan (Mu’awwidzatain).
Oleh karena itu, posisi surah sebelum Al-Ikhlas adalah Surah Al-Lahab (Masad). Mempelajari urutan surah, meskipun tampak sekadar teknis, memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang struktur narasi dan penekanan tematik yang disusun secara rapi oleh Allah dalam wahyu-Nya. Setiap surah, baik yang berisi peringatan keras maupun pujian murni, memiliki peran vital dalam kesempurnaan Al-Qur'an.
Menyadari bahwa surah-surah penutup ini membahas tentang ancaman terhadap kekufuran, penjelasan hakikat Allah, dan permohonan perlindungan, memberikan kita pandangan menyeluruh tentang pentingnya iman yang kokoh hingga akhir hayat.