Surah Sebelum Al-Lail: Mengenal Keindahan Surah Ad-Duha

Pagi yang Cerah Ilustrasi Cahaya Pagi

Dalam Mushaf Al-Qur'an, urutan surah ditentukan secara tawqifi, yaitu berdasarkan penetapan langsung dari Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Jika kita melihat susunan surah dalam Al-Qur'an, Surah Al-Lail (malam) menempati urutan ke-92. Lantas, surah apakah yang berada tepat sebelumnya? Jawabannya adalah Surah Ad-Duha (dhuha/pagi).

Surah Ad-Duha berada pada urutan ke-91, tepat mendahului Surah Al-Lail. Memahami konteks kedua surah ini secara berurutan memberikan kita pelajaran mendalam tentang siklus kehidupan, harapan, dan ketenangan yang senantiasa Allah hadirkan, baik dalam kegelapan malam maupun dalam terang pagi.

Konteks Penurunan Surah Ad-Duha

Surah Ad-Duha (91) diturunkan di Mekkah, bersamaan dengan beberapa surah pendek lainnya, pada periode di mana Rasulullah SAW tengah mengalami masa-masa sulit. Periode ini dikenal sebagai masa fatrah al-wahyi (jeda turunnya wahyu), di mana wahyu sempat terhenti selama beberapa waktu. Kejadian ini menimbulkan kegelisahan luar biasa pada diri Nabi Muhammad SAW. Beliau khawatir bahwa Allah SWT telah meninggalkan atau murka kepadanya.

Dalam kegelisahan tersebut, Surah Ad-Duha turun sebagai penawar dan penghibur. Allah SWT memulai surah ini dengan sumpah-sumpah agung yang menegaskan kehadiran dan kasih sayang-Nya. Ayat pertama, "Demi waktu dhuha (ketika matahari naik tinggi)," (Ad-Duha: 1) dan "dan demi malam apabila telah sunyi," (Ad-Duha: 2) adalah sumpah yang menenangkan jiwa Nabi. Allah mengingatkan bahwa Dia tidak meninggalkan Muhammad SAW, sebagaimana Dia tidak mungkin meninggalkan waktu-waktu penting dalam ciptaan-Nya.

Pesan Utama Surah Ad-Duha

Surah Ad-Duha mengandung beberapa pesan fundamental yang sangat relevan bagi setiap Muslim yang menghadapi masa-masa sulit:

  1. Penegasan Cinta Allah: Allah menegaskan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan Rasul-Nya. Ini adalah janji mutlak bahwa pertolongan dan rahmat Allah selalu ada, meskipun dalam keadaan tersembunyi atau tertunda.
  2. Masa Depan yang Lebih Baik: Ayat-ayat selanjutnya menjanjikan kebaikan yang akan datang: "Dan sungguh, hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang pertama." (Ad-Duha: 4). Janji ini terbukti dengan kemenangan Islam dan kedudukan mulia yang Allah berikan kepada Nabi SAW di dunia dan akhirat.
  3. Perintah Berbagi Kasih: Setelah menerima rahmat, umat diperintahkan untuk membalasnya dengan berbuat baik kepada sesama, terutama kepada anak yatim dan peminta-minta. Surah ini mengikat antara nikmat ilahi dengan tanggung jawab sosial.

Surah Ad-Duha berfungsi sebagai fondasi optimisme dalam Islam. Ia mengajarkan bahwa jeda atau kesunyian bukanlah akhir, melainkan persiapan menuju cahaya yang lebih terang, layaknya terbitnya matahari setelah kegelapan.

Transisi Menuju Surah Al-Lail

Setelah Surah Ad-Duha yang berbicara tentang terangnya pagi dan janji kebaikan yang akan datang, pembaca kemudian disuguhi oleh Surah Al-Lail (malam) pada urutan 92. Kedua surah ini sering dilihat sebagai pasangan yang menggambarkan dualitas alam dan pilihan moral manusia.

Jika Ad-Duha adalah tentang harapan dan pemberian nikmat di waktu terang, Al-Lail fokus pada kegelapan, usaha keras, dan pilihan untuk berinfak (memberi di waktu sulit) atau menjadi kikir. Surah Al-Lail menekankan bahwa usaha dalam kegelapan (malam) atau ketika harta terbatas akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Sebagai contoh, Surah Al-Lail ayat 1 berbunyi: "Demi malam apabila menutupi (gelapnya)," dan ayat 18: "yaitu orang yang menginfakkan hartanya karena membersihkan diri."

Keterkaitan ini sangat kuat: Setelah Allah menghibur Nabi SAW dengan janji pagi (Ad-Duha), umat diajak untuk meneladani semangat tersebut dengan berjuang di saat-saat yang menantang (seperti malam yang gelap) melalui ketaatan dan kedermawanan.

Mengapa Urutan Surah Penting?

Meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa urutan surah dalam juz-juz akhir (setelah Al-Kahfi) mungkin mengikuti urutan pewahyuan secara umum, namun susunan dalam Mushaf yang kita kenal hari ini adalah yang paling sahih dan disepakati umat. Urutan ini, yang dimulai dengan Surah Ad-Duha (pagi) dan diikuti oleh Al-Lail (malam), memberikan alur naratif spiritual yang indah.

Membaca surah sebelum Al-Lail, yaitu Ad-Duha, memberikan perspektif bahwa setiap kesulitan (yang mungkin digambarkan sebagai malam dalam Al-Lail) akan selalu diikuti oleh kelegaan dan janji kebaikan (seperti cahaya dhuha).

Intinya, Surah Ad-Duha berfungsi sebagai pengingat abadi bahwa Allah SWT selalu menjaga dan merencanakan yang terbaik bagi hamba-Nya. Ia mengajarkan kita untuk tidak pernah berputus asa dalam kegelapan, karena janji terangnya waktu dhuha, atau kebaikan yang lebih besar, pasti akan tiba. Pemahaman ini akan memperkuat hati ketika kita menyelami tema-tema ujian dan pilihan dalam Surah Al-Lail yang mengikutinya.

Dengan demikian, Surah Ad-Duha (91) adalah jembatan spiritual yang tenang sebelum memasuki tantangan moral dan spiritual yang diangkat dalam Surah Al-Lail (92).

🏠 Homepage