Keteraturan dalam Mushaf Al-Qur'an
Al-Qur'anul Karim adalah wahyu Ilahi yang disusun dengan ketelitian sempurna, baik dari segi konten, makna, maupun urutan surahnya. Bagi umat Islam, memahami susunan ini penting, meskipun hukum pembacaan dalam salat tetap mengikuti urutan Mushaf (Mushaf Utsmani). Ketika kita berbicara mengenai surah setelah Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93), kita langsung memasuki bagian akhir dari Juz 'Amma dan keseluruhan mushaf.
Surah Ad-Dhuha sendiri merupakan surah pendek yang turun sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad SAW ketika beliau mengalami jeda wahyu (fatrah al-wahyu). Setelah surah ini, susunan mushaf membawa kita ke surah berikutnya yang secara berurutan memiliki nomor ayat yang lebih besar.
Surah Sesudah Ad-Dhuha
Secara pasti dan berdasarkan Mushaf standar yang digunakan oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia, surah yang terletak tepat setelah Surah Ad-Dhuha adalah **Surah Asy-Syarh (Alam Nasyrah)**.
Surah Asy-Syarh adalah Surah ke-94 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini memiliki 8 ayat. Nama "Asy-Syarh" sendiri berarti "Pembukaan" atau "Pelapangan", dan secara kontekstual, isinya sangat berkaitan erat dengan Surah Ad-Dhuha. Jika Ad-Dhuha membahas kesedihan yang diikuti janji kebahagiaan, Asy-Syarh menegaskan janji Allah akan kemudahan yang menyertai kesukaran.
Ayat-ayat awal Surah Asy-Syarh berbunyi: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah meringankan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?" (QS. Asy-Syarh: 1-3).
Urutan Lanjutan Setelah Asy-Syarh
Setelah Surah Asy-Syarh (94), urutan surah dalam Al-Qur'an terus berlanjut menuju surah-surah pendek di juz terakhir. Berikut adalah beberapa surah yang berurutan setelah Asy-Syarh:
- Surah At-Tin (95): Surah yang bersumpah dengan buah tin, zaitun, Gunung Sinai, dan kota Mekah yang aman.
- Surah Al-'Alaq (96): Surah pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, dimulai dengan perintah iqra'.
- Surah Al-Qadr (97): Surah yang menjelaskan keutamaan Malam Lailatul Qadar.
- Surah Al-Bayyinah (98): Surah tentang bukti nyata (ayat-ayat) yang dibawa oleh Rasul.
- Surah Az-Zalzalah (99): Surah yang menggambarkan guncangan hebat pada hari kiamat.
Pentingnya Urutan Mushaf
Penting untuk dicatat bahwa urutan surah dalam mushaf (seperti urutan Ad-Dhuha diikuti Asy-Syarh) ditetapkan berdasarkan tata tertib yang diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui bimbingan Jibril, meskipun ada sebagian surah pendek yang diturunkan lebih dahulu namun ditempatkan belakangan dalam mushaf.
Namun, urutan pewarisan surah pendek di akhir mushaf (mulai dari Surah At-Taubah hingga An-Nas) umumnya bersifat tauqifi, yakni berdasarkan ketetapan langsung dari Nabi Muhammad SAW, dan ini yang harus kita ikuti ketika membaca Al-Qur'an dari awal hingga akhir.
Konteks Tematik Ad-Dhuha dan Asy-Syarh
Dua surah ini sering dibaca bersamaan karena kedekatan tematiknya, yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah satu kesatuan utuh. Ad-Dhuha memberikan penegasan bahwa Allah tidak meninggalkan Nabi-Nya setelah masa-masa sulit, sementara Asy-Syarh memberikan jaminan bahwa setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan.
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi setiap mukmin: dalam menghadapi cobaan hidup, kita harus mengingat bahwa Allah Maha Penyayang dan janji-Nya pasti akan ditepati. Setelah kesuraman (seperti pagi yang masih gelap, sebagaimana diisyaratkan Ad-Dhuha), fajar yang cerah (kelapangan dan kemudahan) pasti akan menyingsing. Pemahaman tentang urutan ini memperkuat apresiasi kita terhadap bagaimana Allah menyusun pesan-Nya secara bertahap dan sistematis.
Secara ringkas, surah yang langsung mengikuti Surah Ad-Dhuha (93) dalam mushaf adalah Surah Asy-Syarh (94), yang melengkapi pesan penghiburan dan optimisme dalam lembaran-lembaran akhir Al-Qur'an.