Surah Setelah Al-Kafirun: Memahami Surah An-Nasr

Kemenangan & Pertolongan

Ilustrasi sederhana tentang pertolongan dan kemenangan Ilahi.

Dalam susunan mushaf Al-Qur'an, setiap surah memiliki posisinya yang telah ditetapkan berdasarkan wahyu yang diterima Rasulullah SAW. Setelah surah pendek yang tegas dalam hal pemurnian tauhid, yaitu Surah Al-Kafirun (Surah ke-109), kita akan menemukan surah yang membahas tentang janji besar Allah SWT.

Surah yang Mengikuti Al-Kafirun

Surah yang terletak tepat setelah Surah Al-Kafirun adalah Surah An-Nasr (Pertolongan), yang merupakan Surah ke-110 dalam urutan mushaf standar. Meskipun Al-Kafirun dan Al-Ikhlas sering kali dibaca bersamaan karena maknanya yang saling melengkapi dalam menegaskan keesaan Allah, dalam susunan resmi mushaf, setelah Al-Kafirun adalah An-Nasr.

Surah An-Nasr adalah surah Madaniyah dan merupakan salah satu surah terpendek dalam Al-Qur'an, terdiri hanya dari tiga ayat. Ayat-ayat ini memiliki bobot sejarah dan teologis yang sangat besar bagi umat Islam.

Makna Mendalam Surah An-Nasr

Nama An-Nasr sendiri berarti "Pertolongan" atau "Kemenangan". Surah ini turun pada masa-masa akhir kenabian Muhammad SAW, sering diyakini turun setelah penaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah). Kehadiran surah ini berfungsi sebagai pemberitahuan ilahi mengenai puncak pencapaian dakwah dan tanda akan berakhirnya tugas keras kenabian di dunia.

Ayat Pertama: Janji Kemenangan

Allah SWT berfirman: "Idza ja'a nashrullahi wal fath." (Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan).

Ayat ini adalah kabar gembira sekaligus penegasan. Kemenangan yang dimaksud tidak hanya merujuk pada penaklukan geografis, tetapi juga kemenangan prinsip Islam atas kekufuran. Ini adalah janji bahwa perjuangan panjang para sahabat dan Nabi akhirnya membuahkan hasil yang nyata dan diakui oleh kekuatan langit.

Ayat Kedua: Melihat Manusia Berbondong-bondong

Ayat kedua berbunyi: "Wa ra'aitan nasa yadkhuluna fi dinillahi afwaja." (Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah).

Ini adalah pemandangan spektakuler yang disaksikan setelah kemenangan Islam di Jazirah Arab. Orang-orang yang tadinya menentang, kini dengan kesadaran dan kerelaan hati, memeluk Islam dalam jumlah yang masif. Ini menegaskan universalitas ajaran Islam.

Ayat Ketiga: Bertasbih dan Memohon Ampun

Ayat penutup adalah instruksi ilahi untuk Rasulullah SAW: "Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirh, innahu kana tawwaba." (Maka bertasbihlah memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat).

Setelah melihat puncak kesuksesan, Nabi SAW diperintahkan untuk tidak berpuas diri. Kemenangan besar harus diiringi dengan kerendahan hati, bersyukur (tasbih dan tahmid), serta menyadari bahwa bahkan dalam momen kemuliaan tertinggi pun, manusia tetap membutuhkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT, karena Dia adalah Yang Maha Menerima Taubat.

Keterkaitan Kontekstual dengan Al-Kafirun

Mengapa An-Nasr diletakkan setelah Al-Kafirun? Meskipun urutan dalam mushaf ditetapkan kemudian, ada kearifan tersirat. Surah Al-Kafirun adalah deklarasi tegas mengenai batasan akidah: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Ini adalah penolakan terhadap kompromi dalam tauhid.

Setelah penegasan kemurnian akidah ini, Allah SWT menunjukkan hasil dari ketegasan tersebut: datangnya pertolongan dan kemenangan (An-Nasr). Ini menunjukkan bahwa keteguhan iman—seperti yang ditegaskan dalam Al-Kafirun—adalah fondasi bagi datangnya bantuan ilahi dan keberhasilan dakwah.

Keutamaan Membaca An-Nasr

Umat Islam dianjurkan untuk membaca Surah An-Nasr dalam shalat, terutama pada saat-saat penting dalam kehidupan. Rasulullah SAW diketahui sering membaca surah ini dalam shalat-shalat wajib dan sunnah setelah Fathu Makkah, sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah.

Para ulama juga menyatakan bahwa membaca surah ini mengingatkan seorang Muslim bahwa segala bentuk pencapaian, kejayaan, dan kemenangan material atau spiritual tidak datang dari kekuatan manusia semata, melainkan murni dari kehendak dan pertolongan Allah. Hal ini menanamkan rasa syukur yang mendalam dan menjauhkan diri dari kesombongan.

Secara keseluruhan, urutan dari Surah Al-Kafirun yang tegas dalam penolakan syirik menuju Surah An-Nasr yang penuh syukur atas kemenangan, memberikan narasi lengkap tentang perjalanan seorang Muslim: dimulai dengan pemurnian akidah, dilanjutkan dengan perjuangan, dan diakhiri dengan pengakuan bahwa semua kesuksesan adalah anugerah Ilahi yang harus disyukuri dengan kerendahan hati dan permohonan ampunan.

🏠 Homepage