Ilustrasi simbolis dari kisah-kisah utama dalam Surah Al-Kahfi.
Surah Al-Kahfi, yang berarti "Gua," adalah surat ke-18 dalam urutan mushaf Al-Qur'an dan tergolong dalam surat Makkiyah. Surat ini memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, terutama karena mengandung empat kisah fundamental yang menjadi benteng spiritual bagi umat Muslim menghadapi fitnah (ujian) duniawi. Membaca dan merenungkan isinya diyakini memberikan ketenangan dan perlindungan, khususnya pada hari Jumat.
Kisah Ashabul Kahfi: Ujian Keimanan
Kisah pertama yang diceritakan adalah tentang Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda saleh yang hidup di masa lampau ketika penyimpangan akidah merajalela. Mereka menolak menyembah berhala dan memilih bersembunyi di gua demi menjaga keimanan mereka. Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya konsistensi dalam memegang teguh prinsip tauhid, meskipun harus menghadapi ancaman dari penguasa zalim. Keteguhan hati mereka dibalas oleh Allah SWT dengan tidur panjang selama ratusan tahun, sebuah mukjizat yang menunjukkan kekuasaan-Nya atas waktu dan ruang.
Dua Pemilik Kebun: Fitnah Kekayaan
Kisah kedua menyoroti perbincangan antara dua pria yang salah satunya memiliki kebun yang sangat subur. Pria kaya itu, karena kesombongan dan kekufurannya, melupakan nikmat Allah dan hanya mengandalkan harta bendanya. Ia berjanji akan kembali setelah mengurus hartanya, namun Allah menimpakan bencana berupa angin topan yang memusnahkan kebunnya saat ia lengah. Pelajaran utama dari kisah ini adalah bahwa kekayaan duniawi bersifat fana. Kesombongan dan melupakan syukur akan menyebabkan hilangnya nikmat tersebut. Harta sejati adalah apa yang kita sedekahkan di jalan Allah, bukan yang kita kumpulkan di dunia.
Nabi Musa dan Khidir: Ujian Ilmu Pengetahuan
Kisah ketiga menceritakan perjalanan spiritual Nabi Musa AS bersama hamba Allah yang saleh, Khidir. Dalam perjalanan ini, Nabi Musa dihadapkan pada tiga peristiwa yang tampak janggal: perahu yang dirusak, anak kecil yang dibunuh, dan tembok yang hampir roboh yang kemudian diperbaiki. Awalnya, Musa merasa tidak sabar dan tidak mampu memahami hikmah di balik tindakan Khidir. Namun, Khidir menjelaskan bahwa setiap perbuatan tersebut memiliki dasar ilmu yang tidak diketahui oleh Musa. Kisah ini mengajarkan kerendahan hati dalam menuntut ilmu dan menerima bahwa ilmu Allah jauh melampaui pemahaman manusia. Ketidaksabaran dapat menghalangi seseorang melihat kebijaksanaan ilahi.
Orang Saleh dan Raja yang Zalim: Fitnah Kekuasaan
Kisah terakhir adalah perumpamaan tentang seorang raja yang zalim dan serakah bernama Dzulkarnain, yang bertemu dengan kaum yang menyembah matahari. Pertemuan ini mengantar Dzulkarnain untuk membangun penghalang (tembok) yang kokoh antara mereka dengan Ya'juj dan Ma'juj. Kisah Dzulkarnain menunjukkan bagaimana kekuasaan yang digunakan untuk menegakkan keadilan dan menyebarkan tauhid akan menjadi rahmat. Sebaliknya, kekuasaan yang digunakan untuk menindas akan dipertanyakan pertanggungjawabannya di akhirat.
Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi
Rasulullah SAW bersabda bahwa membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumat akan memberikan cahaya (nur) yang memancar dari bawah telapak kakinya hingga ke puncak langit. Cahaya ini akan menerangi jalannya hingga Jumat berikutnya. Lebih jauh lagi, dalam riwayat lain disebutkan bahwa membacanya akan menjadi pelindung dari fitnah terbesar, yaitu Dajjal. Keempat kisah dalam surat ini secara kolektif menjadi peta navigasi spiritual untuk menghadapi empat fitnah utama dunia: fitnah agama (Ashabul Kahfi), fitnah harta (Dua Pemilik Kebun), fitnah ilmu (Musa dan Khidir), dan fitnah kekuasaan (Dzulkarnain). Memahami maknanya adalah kunci untuk mengamalkan pelajaran hidup ini dalam kehidupan sehari-hari.