Surat Al-Kahf, yang berarti "Al-Kahfi" atau "Gua", adalah salah satu surat terpenting dalam Al-Qur'an karena mengandung empat kisah besar yang penuh dengan hikmah universal. Di antara ayat-ayat pembuka surat ini, terdapat Ayat ke-10 yang menjadi doa sekaligus penegasan kondisi spiritual hamba-hamba Allah yang beriman ketika menghadapi ujian berat. Ayat ini secara khusus berkaitan dengan kisah Ashabul Kahfi (pemuda penghuni gua).
Ayat ini merupakan doa yang dipanjatkan oleh para pemuda yang menyelamatkan diri dari kekejaman kaumnya yang menyembah berhala. Berikut adalah teks aslinya beserta terjemahannya:
Kisah Ashabul Kahfi adalah tentang sekelompok pemuda saleh yang hidup di masa jahiliah, di mana raja mereka memaksa seluruh rakyat untuk menyembah selain Allah. Karena tidak tahan dengan penindasan tersebut dan demi menjaga kemurnian akidah mereka, para pemuda ini memutuskan untuk meninggalkan kota dan mencari perlindungan di sebuah gua. Keputusan drastis ini bukanlah tindakan pengecut, melainkan perjuangan akidah yang memerlukan keberanian luar biasa.
Ketika mereka memasuki gua, mereka menyadari betapa gentingnya situasi yang mereka hadapi. Mereka telah meninggalkan kenyamanan duniawi dan kini berada dalam ketidakpastian alam liar. Pada momen kritis itulah, hati mereka tergerak untuk memohon pertolongan langsung kepada Sang Pencipta. Ayat 10 inilah yang merekam ungkapan permohonan tulus mereka.
Doa yang dipanjatkan oleh para pemuda ini sangatlah komprehensif dan mencakup dua pilar utama dalam kehidupan seorang mukmin: kebutuhan duniawi (dalam batas ketaatan) dan kebutuhan ukhrawi.
Permohonan pertama adalah "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu". Rahmat di sini merujuk pada kasih sayang Allah yang luas. Dalam konteks mereka, rahmat tersebut meliputi perlindungan fisik dari ancaman musuh, kenyamanan dalam pelarian, serta ketenangan batin menghadapi ketakutan. Rahmat Ilahi adalah segala bentuk kemudahan yang datang tanpa terduga dari Allah, yang sering kali menjadi penopang utama ketika usaha manusia sudah mencapai batasnya.
Permohonan kedua adalah "dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang benar atas urusan kami." Kata 'Rasyadan' (رَشَدًا) berarti petunjuk yang membimbing menuju kebenaran, kebajikan, dan kesempurnaan jalan yang lurus. Ini menunjukkan kesadaran mendalam bahwa setelah berlindung secara fisik, hal terpenting adalah tetap teguh di atas kebenaran akidah. Mereka tidak hanya meminta keselamatan fisik, tetapi juga jaminan bahwa langkah mereka selanjutnya, termasuk tidur panjang mereka di gua, adalah hal yang diridhai Allah.
Ayat ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi kesulitan—baik itu tekanan sosial, krisis iman, atau ketidakpastian masa depan—prioritas utama seorang mukmin adalah memohon rahmat dan petunjuk. Rahmat memastikan kita diberi kemudahan, sementara petunjuk memastikan kita tidak tersesat meskipun dalam kesulitan.
Saat ini, umat Islam sering menghadapi ujian modern yang mirip dengan yang dihadapi Ashabul Kahfi: tekanan arus budaya yang menyimpang, godaan duniawi yang masif, serta keraguan terhadap kebenaran agama. Ayat 10 Al-Kahf menjadi formula spiritual yang abadi bagi siapa pun yang merasa terasing karena memegang teguh prinsip-prinsip Islam.
Ketika kita merasa terasing dari lingkungan yang tidak mendukung keimanan kita, langkah terbaik adalah menarik diri sejenak (secara metaforis maupun harfiah) untuk bermunajat. Kita perlu memohon agar Allah menaungi kita dengan rahmat-Nya, sehingga hati kita tidak goyah, dan memohon agar setiap keputusan yang kita ambil—dalam karier, keluarga, atau interaksi sosial—selalu berada di jalur yang benar (Rasyadan).
Kisah keberhasilan Ashabul Kahfi dalam menjaga akidah mereka, yang dimulai dengan doa di dalam gua ini, membuktikan bahwa ketika manusia menyerahkan segala urusannya kepada Allah setelah berusaha maksimal, Allah akan memberikan pertolongan yang tak terbayangkan. Mereka mendapatkan perlindungan selama ratusan tahun, sebuah 'rahmat' dan 'petunjuk' yang disempurnakan oleh Sang Pencipta.
Ayat ini adalah pengingat bahwa perlindungan sejati bukanlah dari benteng tembok, melainkan dari naungan rahmat dan petunjuk Allah SWT.