Surat Ad Dhuha (Duha) adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang sarat dengan makna penghiburan, penegasan kasih sayang Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, dan pengingat akan kenikmatan yang telah diberikan-Nya. Di tengah serangkaian ayat yang penuh kehangatan itu, terdapat satu ayat yang sering menjadi sorotan dalam pembahasan tentang rahmat dan pemeliharaan Allah, yaitu Surat Ad Dhuha Ayat 6.
Ayat keenam dari Surat Ad Dhuha ini menegaskan sebuah kebenaran fundamental mengenai kondisi Nabi SAW sebelum menerima kenabian, yang sekaligus menjadi cerminan bagi setiap hamba Allah yang merasa tersesat atau ditinggalkan.
Surat Ad Dhuha diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW mengalami masa jeda wahyu (fatratul wahyi) yang sempat membuat beliau merasa khawatir dan sedih. Dalam kondisi tersebut, Allah SWT menurunkan surat ini untuk menenangkan hati beliau dan mengingatkannya akan nikmat-nikmat terdahulu yang telah dilimpahkan.
Fokus pada surat ad dhuha ayat 6 secara spesifik mengangkat status Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yatim. Beliau kehilangan ayah kandungnya, Abdullah, sebelum dilahirkan. Setelah itu, beliau kehilangan ibunya, Aminah, pada usia enam tahun. Kehilangan kedua orang tua di usia dini adalah sebuah cobaan berat yang seharusnya menjadikan beliau rentan, terasing, dan tidak memiliki perlindungan sosial di tengah masyarakat Makkah yang keras saat itu.
Kata kunci dalam ayat ini adalah "fā'wā" (فَآوَىٰ), yang berarti 'melindungi', 'memberikan perlindungan', atau 'menampung'. Perlindungan ini diwujudkan Allah melalui beberapa cara:
Meskipun ayat ini ditujukan langsung kepada Nabi SAW, maknanya bersifat universal dan relevan bagi setiap mukmin. Pemahaman akan surat ad dhuha ayat 6 mengajarkan kita beberapa pelajaran penting:
Ayat keenam ini berfungsi sebagai jembatan menuju ayat-ayat berikutnya yang terus membangun rasa optimisme. Setelah mengingatkan tentang masa sulit (ayat 1-6), Allah SWT kemudian menyebutkan anugerah yang sedang dan akan diberikan (ayat 7-11):
Rangkaian ini menunjukkan pola dakwah ilahiah: Mengingat kesulitan masa lalu untuk memupuk rasa syukur, kemudian menjanjikan kemudahan di masa kini dan masa depan. Ayat 6 adalah titik awal dari rangkaian pengingat nikmat tersebut, menegaskan bahwa perlindungan telah ada bahkan sejak masa beliau lemah.
Dengan merenungkan surat ad dhuha ayat 6, seorang Muslim diajak untuk melihat kembali perjalanan hidupnya, mengenali setiap pertolongan kecil yang diberikan Allah SWT, dan meyakini bahwa Dialah pelindung terbaik yang tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan yatim, terabaikan, atau kehilangan arah.