Dalam Al-Qur'an, terdapat surat-surat pendek yang menyimpan makna mendalam dan pesan universal. Di antara yang paling menonjol adalah Surat Al-Bayyinah (Bukti yang Jelas) dan Surat Al-Qadr (Kemuliaan). Kedua surat ini sering dibaca bersamaan dalam konteks ibadah dan perenungan, karena keduanya berbicara tentang pemisahan antara kebenaran dan kebatilan, serta nilai waktu yang tak ternilai harganya. Mempelajari keduanya memberikan perspektif holistik tentang dasar keimanan dan momen spiritual puncak.
Surat ke-98 dalam Al-Qur'an ini dimulai dengan penegasan yang kuat: "Orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik sekali-kali tidak akan meninggalkan (kekafirannya) sebelum datang kepada mereka bukti yang jelas (Al-Bayyinah)." Ayat ini menegaskan bahwa intervensi ilahi, dalam bentuk kenabian Muhammad SAW dan wahyu yang dibawanya, adalah titik balik definitif. Sebelum kedatangan beliau, terdapat keraguan dan perpecahan. Setelahnya, kebenaran telah disajikan secara gamblang.
Al-Bayyinah menekankan bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan utama setelah kebenaran itu datang: mereka yang mencari keridhaan Allah dengan taat sepenuhnya, dan mereka yang berpaling meskipun telah menerima bukti nyata. Balasan bagi yang taat adalah surga abadi di sisi Tuhan mereka, sementara bagi yang menolak, balasan mereka adalah neraka yang penuh dengan kesengsaraan. Surat ini berfungsi sebagai peringatan keras sekaligus janji manis bagi yang memilih jalan lurus. Ini adalah seruan untuk memilih dengan sadar berdasarkan kejelasan, bukan lagi berdasarkan tradisi buta atau prasangka.
Beralih ke Surat Al-Qadr (Surat ke-97), kita memasuki dimensi spiritual waktu. Surat ini adalah tentang Lailatul Qadr, Malam Kemuliaan, yang terjadi di bulan Ramadan. Nilai malam ini jauh melampaui seribu bulan biasa. Ini adalah malam di mana Al-Qur'an diturunkan pertama kali kepada Rasulullah SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Frasa kunci dalam surat ini adalah: "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." Mengapa malam ini begitu istimewa? Karena di malam inilah takdir (ketetapan) tahunan ditetapkan oleh Allah SWT melalui para malaikat yang turun ke bumi, dipimpin oleh Ruhul Amin (Jibril AS). Ayat "Turun malaikat-malaikat dan Jibril di malam itu dengan izin Tuhannya membawa segala urusan" menunjukkan betapa sibuknya alam spiritual bekerja untuk mengatur kehidupan duniawi sesuai kehendak Ilahi.
Mencari Lailatul Qadr adalah usaha spiritual yang mengajarkan kesabaran dan ketekunan. Meskipun waktu pastinya dirahasiakan, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, doa, dan tadarus di sepuluh malam terakhir Ramadan. Malam ini adalah kesempatan emas untuk menghapus dosa dan meraih pahala yang luar biasa, menjadikannya simbol harapan dan pembaruan spiritual tahunan.
Kedua surat ini saling melengkapi. Al-Bayyinah memberikan landasan akidah: kita telah diberi bukti (wahyu dan kenabian), dan sekarang kita harus memilih untuk mengikutinya. Al-Qadr memberikan penekanan pada praktik: ada waktu-waktu spesifik dalam setahun (Lailatul Qadr) di mana usaha spiritual kita mendapatkan bobot dan keutamaan yang berkali-kali lipat.
Jika Al-Bayyinah menuntut kejelasan dalam pemikiran dan keyakinan (tidak ada lagi alasan untuk ragu), maka Al-Qadr menuntut kejelasan dalam tindakan (memanfaatkan kesempatan emas untuk beribadah). Keimanan yang kokoh memerlukan pemahaman yang jelas akan risalah Ilahi, dan iman tersebut harus diwujudkan melalui amal saleh, terutama di momen-momen yang dijanjikan keutamaan besar oleh Allah SWT. Perenungan atas Surat Al-Bayyinah dan Al-Qadr mendorong seorang Muslim untuk hidup dalam kesadaran penuh, baik dalam menerima petunjuk maupun dalam mengoptimalkan setiap detik kehidupan untuk mendekat kepada Sang Pencipta.