Surat Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan", adalah surat pertama dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Keistimewaannya sangat agung, bahkan ia disebut sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab) dan As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang). Shalat kita sebagai umat Islam tidak akan sah tanpa membaca surat ini.
Memahami maknanya secara mendalam sangat penting, karena setiap ayatnya mengandung pujian, pengakuan keesaan Allah SWT, dan permohonan petunjuk. Dalam konteks budaya Sunda, pemahaman makna ini seringkali diterjemahkan dan diajarkan dengan bahasa lokal agar lebih mudah meresap ke dalam hati. Penerjemahan ke Bahasa Sunda membantu menguatkan ikatan spiritual bagi masyarakat yang berbahasa ibu Sunda.
Berikut adalah pembacaan Surat Al-Fatihah lengkap, diikuti dengan makna dalam Bahasa Indonesia dan terjemahan makna dalam Bahasa Sunda.
| Ayat | Arab | Arti Bahasa Indonesia | Hartos dina Basa Sunda |
|---|---|---|---|
| 1 | بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ | Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. | Ku asma Allah Nu Maha Welas tur Maha Rohman. |
| 2 | الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ | Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. | Sagala puji kagunganna Allah, Pangéran sadaya alam. |
| 3 | الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ | Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. | Nu Maha Welas tur Maha Rohman. |
| 4 | مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ | Pemilik hari Pembalasan. | Nu ngawasa poé kiamat (poé pangwalesan). |
| 5 | إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ | Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. | Anjeun pisan anu kami sadaya ibadah sarta ka Anjeun pisan kami ménta tulung. |
| 6 | اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ | Tunjukilah kami jalan yang lurus. | Pituduhkeun ka abdi sadaya kana jalan anu lempeng. |
| 7 | صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ | (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. | Nyaéta jalana jalma-jalma anu dipaparin ni'mat ku Anjeun, sanés jalma anu kasempanan (dimurka) atawa jalma anu kasasar. |
Mengapa terjemahan dalam bahasa lokal seperti Bahasa Sunda begitu penting? Karena Al-Fatihah adalah dialog antara hamba dengan Tuhannya. Ketika seorang muslim mengucapkan, "Iyyaka na'budu," (Hanya kepada-Mu kami menyembah), jika ia memahami padanan kata Sundanya, "Anjeun pisan anu kami sadaya ibadah," maka fokus kekhusyukan (khusyuk) akan meningkat drastis.
Dalam tradisi Sunda, penggunaan kata ganti seperti "Anjeun" (bentuk hormat untuk Engkau/Allah) menegaskan posisi Zat yang disembah sebagai Yang Maha Tinggi. Demikian pula dengan permohonan petunjuk, "Pituduhkeun ka abdi sadaya kana jalan anu lempeng," menjadi lebih personal dan dekat dengan konteks kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda.
Ayat terakhir, yang memohon dijauhi dari jalan orang yang dimurkai (Yahudi dan Nasrani dalam tafsir klasik) dan orang yang sesat (non-Islam yang menolak kebenaran), dalam bahasa Sunda diterjemahkan menjadi penolakan tegas terhadap jalan yang salah: "sanés jalma anu kasempanan atawa jalma anu kasasar." Ini memperkuat niat seorang hamba untuk selalu berada di atas shirathal mustaqim.
Keindahan Al-Fatihah terletak pada kelengkapannya: dimulai dengan tauhid murni (ayat 1-4), dilanjutkan dengan ibadah dan permohonan pertolongan (ayat 5), dan ditutup dengan doa memohon petunjuk (ayat 6-7). Penerjemahan yang baik, seperti yang disajikan dalam Bahasa Sunda ini, berfungsi sebagai jembatan antara teks suci Arab yang sakral dengan pemahaman kognitif dan penghayatan emosional seorang mukmin. Hal ini memastikan bahwa setiap bacaan shalat bukan sekadar ritual hafalan, melainkan komunikasi spiritual yang bermakna.