Surat Al-Kahfi (Gua), surat ke-18 dalam Al-Qur'an, adalah sebuah permata yang sarat akan pelajaran hidup. Surat ini sering dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat karena mengandung empat kisah utama yang relevan sepanjang masa, berfungsi sebagai pelindung dari fitnah terbesar: fitnah dunia dan agama.
Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua)
Kisah pembuka ini menceritakan sekelompok pemuda saleh yang hidup di masa sebelum Islam, di mana raja mereka, Diqyanus, memerintahkan penyembahan berhala. Karena keteguhan iman mereka, mereka memilih untuk melarikan diri ke gua. Di dalam gua itulah, atas izin Allah SWT, mereka tertidur selama kurang lebih 309 tahun.
Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga akidah di tengah tekanan sosial dan bahaya mengikuti hawa nafsu atau kekuasaan yang zalim. Tidur panjang mereka adalah bukti nyata kekuasaan Allah untuk memelihara kebenaran. Ketika mereka terbangun, dunia telah berubah, dan mereka disambut oleh masyarakat yang telah beriman kepada Allah.
Kisah Pemilik Dua Kebun (Fitnah Kekayaan)
Kisah kedua menyoroti seorang pria yang memiliki dua kebun anggur yang subur dan mewah. Ia merasa sangat bangga dengan hartanya hingga lupa akan Allah. Ketika temannya yang beriman menasihatinya agar bersyukur, ia sombong dan berkata bahwa hartanya tidak akan pernah musnah. Tak lama kemudian, Allah membinasakan kebun tersebut dalam sekejap mata.
Pelajaran di sini sangat jelas: kekayaan dan harta duniawi bersifat fana dan bisa hilang kapan saja. Kebanggaan (ujub) terhadap harta adalah celah yang bisa dimasuki setan. Harta sejati adalah yang disyukuri dan dibelanjakan di jalan Allah, bukan yang dibanggakan untuk kepentingan duniawi semata.
Kisah Nabi Musa dan Khidr (Fitnah Ilmu)
Kisah yang paling banyak dibahas adalah perjalanan Nabi Musa AS bersama hamba Allah yang saleh, Khidr. Dalam perjalanan ini, Nabi Musa berkali-kali menghadapi tindakan Khidr yang tampak aneh dan bertentangan dengan logika, seperti melubangi perahu, membunuh seorang anak laki-laki, dan memperbaiki dinding nyaris roboh tanpa upah.
Nabi Musa, meskipun seorang nabi besar, tidak sabar dan selalu mempertanyakan tindakan Khidr. Khidr menjelaskan bahwa setiap tindakannya memiliki hikmah tersembunyi yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu manusia biasa. Kisah ini merupakan peringatan keras terhadap kesombongan ilmu. Sehebat apapun ilmu kita, selalu ada ilmu yang lebih tinggi di sisi Allah, dan kita harus bersabar dalam menghadapi hal yang belum kita pahami.
Kisah Dzulqarnain (Fitnah Kekuasaan dan Kekuatan)
Dzulqarnain adalah seorang penguasa yang sangat kuat, diberi kemampuan untuk berkelana ke timur dan barat bumi. Ia menggunakan kekuatannya untuk menegakkan keadilan, membantu orang yang tertindas, dan membangun penghalang besar (benteng) untuk melindungi masyarakat dari kaum Ya’juj dan Ma’juj yang merusak.
Kisah Dzulqarnain menunjukkan bagaimana kekuatan dan kekuasaan harus digunakan dengan penuh tanggung jawab, didasari keimanan, dan diarahkan untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kesewenang-wenangan. Ia tidak menyombongkan diri atas kemampuannya, melainkan menjadikannya sarana untuk beribadah dan menolong sesama.
Penutup dan Inti Pelajaran
Keempat kisah dalam Surat Al-Kahfi ini merangkum empat fitnah besar yang akan dihadapi setiap mukmin: Fitnah Agama (Ashabul Kahfi), Fitnah Harta (Pemilik Kebun), Fitnah Ilmu (Nabi Musa dan Khidr), serta Fitnah Kekuasaan (Dzulqarnain).
Surat Al-Kahfi mengajarkan kita untuk senantiasa berpegang teguh pada tauhid, mengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah titipan, bersikap rendah hati dalam menuntut ilmu, dan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menegakkan kebaikan. Membaca dan merenungkan maknanya secara berkala adalah benteng spiritual yang sangat berharga bagi seorang Muslim.