Kisah Ashabul Kahfi: Ayat 20 hingga 30 Al-Kahfi

Ketenangan di Dalam Gua

Ilustrasi: Keteguhan dan Perlindungan Allah

Perjuangan dan Ketenangan Wahyu

Surat Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, menyimpan kisah-kisah penting sebagai petunjuk dan pengingat bagi umat Islam. Salah satu bagian paling mendalam dari surat ini adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua), yang kisahnya terungkap jelas dari ayat 9 hingga akhir. Fokus utama kita kali ini adalah pada rentang ayat 20 hingga 30, di mana Allah SWT menjelaskan bagaimana para pemuda beriman itu ditemukan dan apa pelajaran yang bisa diambil setelah mereka terbangun.

Setelah tertidur lelap selama ratusan tahun, Allah membangunkan mereka. Ayat-ayat ini dimulai dengan kejutan saat mereka saling bertanya tentang berapa lama mereka beristirahat. Keresahan dan kebingungan melingkupi mereka mengenai waktu yang telah berlalu.

Kisah Penemuan Mereka (Ayat 20-22)

Ketika mereka akhirnya memutuskan untuk mengirim salah satu dari mereka ke kota untuk membeli makanan, mereka sadar bahwa keadaan dunia telah berubah drastis.

وَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا ۖ رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا

"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka (dari tidurnya) agar mereka mengetahui (bahwa) janji Allah itu benar, dan (bahwa) kedatangan hari kiamat itu tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, segolongan berkata: 'Dirikanlah suatu bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui keadaan mereka.' Berkatalah orang-orang yang menguasai urusan mereka: 'Kita pasti akan mendirikan rumah ibadah di atas mereka.'" (QS. Al-Kahfi: 21)

Ayat 21 ini menjelaskan bahwa kebangkitan mereka adalah sebagai tanda nyata (mu'jizat) bagi masyarakat saat itu, bahwa janji Allah tentang kebangkitan itu benar adanya. Ketika mereka menyadari apa yang terjadi, timbul perbedaan pendapat di antara penduduk kota mengenai cara memperlakukan gua dan penghuninya. Pihak yang dominan memutuskan untuk membangun masjid di atas makam mereka, sebuah penghormatan yang ironis mengingat mereka lari dari penyembahan berhala.

Perintah dan Peringatan (Ayat 23-26)

Setelah itu, Allah memberikan nasihat penting kepada Nabi Muhammad SAW (dan secara implisit kepada seluruh umat) mengenai sikap menghadapi perbedaan pendapat dan pentingnya bersabar.

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَايْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا

"Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: 'Saya pasti akan mengerjakan itu besok,' (QS. Al-Kahfi: 23)

Ayat 24 kemudian melanjutkan dengan batasan penting:

إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

"Kecuali (dengan mengatakan): 'Insya Allah.' Dan ingatlah Tuhanmu apabila kamu lupa dan katakanlah: 'Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat daripada ini (dari kebenaran).'" (QS. Al-Kahfi: 24)

Ini adalah pelajaran fundamental tentang tawakal dan pengakuan atas keterbatasan manusia. Kita tidak boleh berani memastikan rencana masa depan tanpa menyertakan kehendak Allah (Insya Allah).

Ayat 25 hingga 26 membahas masa tidur mereka:

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

"Dan mereka telah tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan mereka menambah sembilan tahun (lagi)." (QS. Al-Kahfi: 25)

Allah menegaskan lamanya mereka tertidur, sekaligus menegaskan bahwa ilmu pengetahuan tentang jumlah pasti waktu itu adalah milik-Nya.

Pesan Akhir untuk Nabi dan Umatnya (Ayat 27-30)

Penutup bagian ini memberikan perintah tegas kepada Nabi Muhammad SAW mengenai cara berinteraksi dengan wahyu dan manusia.

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ ۖ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا

"Dan bacakanlah (hai Muhammad) apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan kamu tidak akan mendapati selain-Nya tempat berlindung." (QS. Al-Kahfi: 27)

Kebenaran Al-Qur'an mutlak dan tidak dapat diubah. Ayat 27 ini menekankan bahwa Al-Qur'an adalah sumber utama petunjuk.

Ayat 28 dan 29 memperkuat prinsip memegang teguh kebenaran dan bersabar dalam dakwah, bahkan ketika berhadapan dengan orang yang hanya mengikuti hawa nafsu atau orang yang kurang berakal.

Puncaknya, ayat 29 memberikan kesimpulan tegas:

وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman, biarlah ia beriman; dan barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir.' Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang yang zalim itu dinding api yang akan mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti tembaga yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." (QS. Al-Kahfi: 29)

Refleksi Akhir

Rentang ayat 20 sampai 30 ini memberikan panduan lengkap tentang keteguhan iman (seperti Ashabul Kahfi), pentingnya menyandarkan segala rencana kepada Allah ("Insya Allah"), serta kebebasan memilih dalam beriman atau mengingkari, yang konsekuensinya telah ditetapkan secara adil oleh Allah SWT. Kisah ini mengajarkan bahwa pertolongan Allah datang dalam bentuk yang tak terduga, dan Al-Qur'an adalah cahaya petunjuk yang kekal.

🏠 Homepage