Ilustrasi Surat Al-Kahfi dan Kisah Ashabul Kahfi.
Surat Al-Kahfi (Gua), surat ke-18 dalam Al-Qur'an, memegang posisi istimewa bagi umat Islam. Keutamaan membacanya, terutama pada hari Jumat, sering ditekankan dalam berbagai hadis. Namun, signifikansi surat ini jauh melampaui sekadar keutamaan bacaan rutin; ia adalah sebuah kompas spiritual yang membekali pembacanya untuk menghadapi empat ujian terbesar dalam kehidupan.
Surat Al-Kahfi mengisahkan empat kisah paralel yang masing-masing melambangkan cobaan mendasar yang akan dihadapi setiap manusia. Memahami narasi ini membantu seorang mukmin menavigasi godaan dunia dengan kebijaksanaan.
Kisah Tujuh Pemuda Ashabul Kahfi adalah perwujudan keteguhan iman di tengah tirani. Mereka menolak menyembah berhala dan memilih berlindung di gua, sebuah simbol pengasingan diri dari kemaksiatan sosial. Pelajaran utama di sini adalah pentingnya menjaga akidah (keyakinan) meskipun menghadapi tekanan mayoritas atau penguasa yang zalim. Keikhlasan mereka berujung pada pertolongan Allah berupa tidur panjang yang menjaga mereka dari kekejaman zaman.
Kisah kedua menceritakan seorang pria yang dianugerahi kekayaan melimpah, namun ia menjadi sombong dan kufur nikmat. Ia mengingkari hari kebangkitan karena merasa hartanya abadi. Ketika azab Allah menimpa, kebunnya hancur lebur. Pesan pentingnya adalah bahwa harta adalah titipan, dan kesombongan karena kekayaan adalah jalan menuju kehancuran spiritual. Kekuatan sejati bukan terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada rasa syukur kita kepada Pemberi harta.
Perjalanan Nabi Musa AS bersama Al-Khidr adalah pelajaran mendalam tentang keterbatasan ilmu manusia. Meskipun Musa adalah seorang nabi yang diberi wahyu, ia harus mengakui bahwa ada ilmu hakiki yang hanya dimiliki oleh Allah dan diwakilkan kepada hamba-Nya yang bijaksana, Al-Khidr. Kisah ini mengajarkan kerendahan hati dalam menuntut ilmu dan menerima bahwa tidak semua kejadian di dunia dapat dipahami secara logika instan. Kadang, di balik peristiwa yang tampak buruk, tersimpan hikmah ilahi yang indah.
Zulkarnain adalah sosok penguasa besar yang berkeliling dunia dan membangun penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj. Kisahnya menunjukkan bagaimana kekuasaan dan kekuatan harus digunakan di jalan Allah. Ia adalah contoh pemimpin yang memanfaatkan anugerah kekuatan bukan untuk kepentingan pribadi atau penindasan, melainkan untuk menegakkan keadilan dan melindungi yang lemah dari kezaliman. Kunci kepemimpinan yang berkah adalah selalu mengingat bahwa kekuasaan itu berasal dari Sang Pemilik Segala Kuasa.
Mengaitkan pembacaan surat ini dengan hari Jumat adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Hadis riwayat Al-Hakim menyebutkan bahwa barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, akan diberikan cahaya (nur) yang menyinarinya dari satu Jumat ke Jumat berikutnya. Cahaya ini sering diinterpretasikan sebagai perlindungan spiritual dari fitnah Dajjal, ujian terbesar di akhir zaman.
Dengan membaca dan merenungkan kisah-kisah dalam surat Al-Kahfi, seorang Muslim dipersiapkan secara mental dan spiritual. Ia diingatkan untuk bersikap rendah hati saat sukses, teguh saat diuji imannya, sabar saat menghadapi misteri kehidupan, dan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk kebaikan. Surat Al-Kahfi adalah bekal keselamatan, peta spiritual untuk menempuh liku-liku dunia yang penuh godaan.