Ilustrasi perbandingan kekayaan dunia dan akhirat Dunia Akhirat

Kisah Dua Orang Kebun: Pelajaran dari Surat Al-Kahfi Ayat 35-45

Surat Al-Kahfi, bab ke-18 dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak sekali pelajaran penting mengenai ujian kehidupan. Salah satu bagian paling mengena adalah perbandingan antara dua pemilik kebun yang diceritakan dalam ayat 35 hingga 45. Bagian ini secara gamblang menunjukkan kontras antara kekayaan yang bersifat sementara (duniawi) dan keberuntungan sejati di sisi Allah (ukhuwi).

Perbandingan Dua Kebun dan Kehancuran Duniawi

Ayat-ayat ini dimulai dengan ilustrasi dialog antara dua orang yang memiliki kebun. Satu orang kufur nikmat dan menyombongkan hartanya, sementara yang lain mengingatkannya akan kebesaran Allah. Pemilik yang sombong itu kemudian melihat kebunnya hancur lebur, menyadarkannya akan tipuan dunia.

Ayat 35 - 37: Kesombongan dan Peringatan

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَٰذِهِ أَبَدًا (35) وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا (36) قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا (37)

Dan dia (orang yang kafir itu) memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri, dia berkata, "Aku tidak menyangka kebun ini akan binasa selama-lamanya (35). Dan aku tidak menyangka kiamat itu akan datang. Dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada ini" (36). Sahabatnya (yang beriman) berkata kepadanya seraya ia bercakap-cakap dengannya, "Mengapakah kamu kufur kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?" (37).

Inti dari ayat-ayat ini adalah kontras tajam: seseorang yang menganggap hartanya kekal dan menolak hari kebangkitan, namun temannya mengingatkannya bahwa asal usulnya hanya berasal dari tanah, menegaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan pasti akan kembali kepada Penciptanya.

Ayat 38 - 40: Kebenaran dan Penyesalan

لَٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا (38) وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا (39) فَعَسَىٰ رَبِّي أَنْ يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِنْ جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا (40)

Tetapi aku (sendiri), Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku (38). Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu, 'Apa yang dikehendaki Allah (terjadi)! Tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.' Sekalipun kamu menganggapku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan (39). Maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku (sebidang) tanah yang lebih baik dari kebunmu (ini) dan Dia akan mengirimkan petir dari langit ke atasnya, lalu (kebunmu) menjadi tanah yang licin (40).

Pesan penting di sini adalah pentingnya ucapan "Maa Sya Allah, Laa Quwwata Illa Billah" (Apa yang dikehendaki Allah (terjadi), tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Pengakuan ini menunjukkan ketundukan penuh kepada kehendak Ilahi, sebuah sikap yang sangat kontras dengan kesombongan orang pertama.

Ayat 41 - 45: Kepastian Akhirat dan Kesimpulan

أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا (41) وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا (42) وَلَمْ تَكُنْ لَهُ فِئَةٌ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًا (43) هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ ۚ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا (44) وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا (45)

Atau airnya menjadi kering (merosot ke dalam tanah) sehingga kamu tidak akan mampu mencarinya lagi" (41). Dan hilanglah buahnya, lalu ia membolak-balikkan kedua telapak tangannya terhadap apa yang telah ia belanjakan untuk kebun itu, sedang kebun itu telah roboh dan tertutup jerami di atasnya, dan dia berkata, "Aduhai, seandainya aku dahulu tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku" (42). Dan tidak ada baginya segolongan pun yang dapat menolongnya selain Allah; dan dia pun tidak dapat menolong dirinya sendiri (43). Di sanalah pertolongan itu (datang) hanyalah dari Allah Yang Maha Benar. Dia (Allah) adalah sebaik-baik pemberi pahala dan sebaik-baik pemberi balasan (44). Dan berikanlah kepada mereka suatu perumpamaan (yaitu) kehidupan duniawi, ia bagaikan air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman bumi (menjadi subur) kemudian (tanaman itu) menjadi kering yang dapat diterbangkan oleh angin. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (45).

Hikmah Inti dari Ayat 35-45

Pergantian nasib pemilik kebun tersebut memberikan pelajaran fundamental bagi umat Islam, terutama dalam menghadapi godaan duniawi. Ayat 45 merangkum semua pelajaran ini dalam sebuah metafora yang sangat kuat: kehidupan dunia adalah seperti tanaman yang tumbuh subur sesaat karena siraman hujan, namun dengan cepat menjadi kering dan hancur diterbangkan angin.

Orang yang kufur di ayat 42 akhirnya menyesali persekutuannya dengan selain Allah saat hartanya lenyap. Penyesalan ini datang terlambat. Ketika segala pendukung materi dan kekuasaan dunia lenyap, ia menyadari bahwa kekuatan sejati, pertolongan, dan balasan yang abadi hanya ada pada Allah Yang Maha Benar (Ayat 43-44).

Keindahan Al-Qur'an terletak pada kemampuan ayat-ayat ini untuk selalu relevan. Mengingat bahwa kekayaan, jabatan, atau kesenangan materi apa pun yang kita miliki hanyalah titipan sementara yang bisa lenyap kapan saja—bisa karena azab, musibah, atau bahkan kematian—mendorong kita untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai ladang amal untuk meraih "tempat kembali yang lebih baik" di akhirat, sesuai dengan janji Allah dalam perumpamaan ayat ke-45.

🏠 Homepage