Menguak Hikmah Al-Kahfi: Ayat 90 hingga 100

Surah Al-Kahfi, surat yang memiliki keutamaan besar, mengandung kisah-kisah penuh pelajaran tentang ujian keimanan, kekuasaan, ilmu, dan kesabaran. Di antara ayat-ayat yang menyoroti ujian duniawi, rentang ayat 90 hingga 100 menawarkan panduan mendalam tentang bagaimana seorang mukmin harus menyikapi gemerlap dunia yang fana.

Ayat-ayat ini datang setelah narasi tentang Zulkarnain, penguasa kuat yang berkelana hingga ke ujung bumi. Perbandingan antara kekuasaan Zulkarnain yang besar dengan kesadaran bahwa semua itu adalah titipan, menjadi latar belakang penting bagi peringatan yang disampaikan setelahnya.

Ilustrasi Metafora Dunia dan Akhirat Dunia (Fana) Akan Hilang Kebaikan Akhirat (Kekal)

Teks dan Terjemahan Ayat 90–100

Ayat-ayat ini dimulai dengan nada peringatan keras tentang bagaimana mereka yang berpaling dari ayat-ayat Allah akan diperlakukan:

فَأَعْرِضْ عَن ذِكْرِي لِمَنْ تَوَلَّىٰ عَنْهُ وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

(90) Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang paling menolak peringatan Kami dan hanya menginginkan kehidupan duniawi saja.

Ayat ini menetapkan batas tegas. Peringatan Allah harus disampaikan, namun jika seseorang telah memilih dunia sebagai tujuan utamanya, maka Nabi diperintahkan untuk menjauhkan diri dari usaha keras untuk menarik perhatiannya, karena hatinya telah tertutup oleh cinta dunia.

Allah kemudian melanjutkan dengan perbandingan yang menyakitkan tentang kesesatan mereka:

أُولَٰئِكَ مُبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ ۚ وَإِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ

(91) Itulah batas pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk.

Ayat-ayat berikutnya (92-94) secara eksplisit merujuk kembali pada kisah Zulkarnain, menyoroti bahwa segala pencapaian material, meskipun luar biasa, hanyalah sementara dan hanya bermakna jika digunakan untuk kebaikan.

Makna Fundamental: Dunia vs. Akhirat (Ayat 95-100)

Inti dari bagian ini adalah pemahaman bahwa segala kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan duniawi adalah perumpamaan yang dimaksudkan untuk menguji:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

(95) Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.

Ayat 95 adalah penegasan tauhid dan prinsip utama dalam beramal. Puncak harapan seorang mukmin bukanlah harta dunia, melainkan ridha dan perjumpaan dengan Allah di akhirat. Oleh karena itu, satu-satunya bekal yang bermanfaat adalah amal saleh yang dilakukan tanpa sedikit pun unsur kesyirikan (mempersekutukan Allah).

Ayat-ayat penutup rentang ini (96-100) memperkuat peringatan ini, menekankan fana-nya dunia, dan konsekuensi bagi mereka yang memilih jalan kesesatan:

ذَٰلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا

(98) Itulah balasan mereka, Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan karena mereka telah menjadikan ayat-ayat-Ku dan para Rasul-Ku sebagai olok-olokan.

Implikasi Filosofis untuk Kehidupan Modern

Ayat 90-100 Surah Al-Kahfi berfungsi sebagai pengingat yang sangat relevan di era modern. Di tengah hiruk pikuk pencapaian material, kekayaan instan, dan validasi sosial, ayat-ayat ini mengingatkan kita pada prioritas sejati.

Banyak orang saat ini terjerumus ke dalam apa yang disebut "hidup yang hanya menginginkan kehidupan duniawi saja" (Ayat 90). Mereka mengukur keberhasilan melalui pencapaian lahiriah—jabatan, jumlah pengikut, atau kekayaan—sambil mengabaikan dimensi spiritual.

Ketika Allah berfirman, "Itulah batas pengetahuan mereka" (Ayat 91), itu menunjukkan bahwa pandangan materialis memiliki horizon yang sangat terbatas. Mereka hanya bisa melihat apa yang kasat mata dan lupa bahwa di balik realitas yang terlihat, ada alam kekal yang sedang menanti.

Kunci keselamatan, sebagaimana ditekankan dalam ayat 95, terletak pada dua pilar: Tauhid yang murni (Ikhlas) dan amal saleh yang konsisten. Amal saleh di sini bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga etos kerja, kejujuran dalam bisnis, kebaikan terhadap sesama—semuanya didasari niat tunggal mencari ridha Allah.

Dengan memahami bahwa dunia adalah ladang ujian yang akan segera ditinggalkan, seorang mukmin akan menempatkan investasi terbesarnya pada hal-hal yang abadi, bukan pada perhiasan yang suatu saat akan hancur atau hilang nilainya.

🏠 Homepage