Pelajaran Penting dari Surat Al-Kahfi Ayat 91-110

Ilustrasi gua dan cahaya penuntun Petunjuk

Surat Al-Kahfi, yang sering kali dibaca umat Islam pada hari Jumat, mengandung kisah-kisah monumental yang penuh hikmah. Bagian akhir surat ini, khususnya ayat 91 hingga 110, memberikan penekanan kuat mengenai hakikat dunia, tanggung jawab amal perbuatan, dan pentingnya konsistensi dalam kebenaran. Ayat-ayat ini menutup kisah Ashabul Kahfi (pemuda gua) dan memberikan pesan penutup yang universal bagi seluruh umat manusia.

Kisah Dzulqarnain dan Keterbatasan Ilmu

(Contoh Transliterasi/Fokus Konten Ayat 94-98)

Mereka berkata: "Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj adalah (bangsa) yang membuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami memberikan suatu upeti kepadamu agar kamu membuat suatu dinding antara mereka dan kami?" Dzulqarnain berkata: "Apa yang telah dianugerahkan Tuhanku kepadaku lebih baik (daripada upeti itu), maka bantulah aku dengan kekuatan (para pemuda), aku akan membuatkan penghalang antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi." Hingga ketika ia telah sama tingginya dengan dua puncak gunung, ia (Dzulqarnain) berkata: "Tiup (api itu)!" Ketika besi itu sudah merah membara seperti tembaga, ia berkata: "Maju sekarang aku tuangkan padanya tembaga yang mendidih." Maka (dinding) itu tidak dapat mereka mendakinya dan tidak dapat pula mereka melobanginya. Dzulqarnain berkata: "Ini adalah rahmat dari Tuhanku, namun apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan meratakannya dan janji Tuhanku itu adalah benar."

Kisah Dzulqarnain yang membangun tembok untuk menahan kaum Ya'juj dan Ma'juj menjadi pelajaran tentang kekuatan dan amanah. Dzulqarnain, seorang penguasa yang adil, menolak imbalan duniawi, menegaskan bahwa apa yang diberikan Allah SWT jauh lebih berharga. Ini mengajarkan kita untuk menjalankan amanah dengan ikhlas, mencari keridaan Allah, bukan pujian atau harta duniawi. Ayat 98 menutup bagian ini dengan pengingat tegas bahwa kekuatan fisik dan teknologi (yang diwakili oleh besi dan tembaga yang dilebur) hanyalah sementara, dan yang kekal adalah janji Allah yang pasti akan terwujud.

Peringatan Terakhir: Dunia dan Amal Jariyah

Memasuki sepuluh ayat terakhir (ayat 101-110), fokus pembahasan bergeser total dari kisah-kisah historis menjadi peringatan langsung kepada para pendurhaka dan penutup surat yang memberikan panduan fundamental bagi orang beriman. Allah SWT menggambarkan bagaimana orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan akan mendapatkan balasan sesuai amal perbuatan mereka yang sia-sia.

(Contoh Transliterasi/Fokus Konten Ayat 107-109)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak Kami akan menjamu mereka dengan surga Firdaus, sebagai tempat tinggal. Kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. Katakanlah: "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habis sebelum habis (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku itu, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula." Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa."

Kontras antara nasib orang kafir dan orang mukmin disajikan dengan gamblang. Surga Firdaus disiapkan sebagai tempat tinggal yang abadi bagi mereka yang konsisten beriman dan beramal saleh. Keabadian ini adalah dambaan tertinggi, di mana mereka tidak ingin pindah sedikit pun. Ayat 107 menegaskan bahwa kenikmatan akhirat jauh melampaui batas imajinasi duniawi, bahkan jika seluruh lautan dijadikan tinta untuk menuliskan keagungan-Nya, itu akan tetap tidak cukup.

Puncak dari penutup surat ini adalah penegasan tauhid (Ayat 110). Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyatakan bahwa beliau hanyalah seorang manusia biasa, bukan dewa, yang tugasnya hanya menyampaikan wahyu. Inti ajarannya adalah pengesaan mutlak terhadap Allah (Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah). Ini berfungsi sebagai koreksi terhadap praktik kesyirikan yang mungkin terjadi, mengingatkan umat bahwa segala bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Sang Pencipta tunggal.

Secara keseluruhan, Surat Al-Kahfi ayat 91-110 berfungsi sebagai kapsul pengingat: dunia adalah tempat ujian (Dzulqarnain), kebenaran akan datang pada waktunya (Janji Allah), dan jalan menuju kebahagiaan abadi adalah melalui iman yang kokoh dan amal yang tulus, semua berpusat pada penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa.

🏠 Homepage