Ilustrasi: Cahaya Rahmat dari Kalamullah
Dalam tradisi Islam, doa dan amalan yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal dunia merupakan sarana penting untuk meringankan beban mereka di alam kubur serta mengharapkan rahmat Allah SWT bagi almarhum. Salah satu amalan yang sering ditekankan adalah membaca dan mendoakan dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Di antara surat-surat mulia tersebut, Surat Al-Kahfi memegang posisi istimewa, tidak hanya bagi yang hidup, tetapi juga memiliki relevansi besar bagi yang telah berpulang.
Surat Al-Kahfi (Gua) dikenal memiliki banyak keutamaan, terutama terkait dengan perlindungan dari fitnah Dajjal di akhir zaman saat dibaca oleh orang yang masih hidup. Namun, ketika kita menilik maknanya sebagai penuntun cahaya dan pengingat akan kebesaran Allah, energi positif dari pembacaannya dapat menjadi penopang spiritual bagi ruh orang yang meninggal.
Meskipun tidak ada dalil eksplisit yang secara spesifik memerintahkan pembacaan Al-Kahfi *khusus* untuk jenazah, mayoritas ulama sepakat bahwa menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an—termasuk Al-Kahfi—adalah bentuk sedekah jariyah pahala yang sangat dianjurkan. Pahala ini bersumber dari keikhlasan dan doa yang kita panjatkan setelah selesai membaca.
Alam kubur (barzakh) adalah alam penantian yang penuh dengan ketidakpastian. Bagi seorang mukmin, ketenangan di alam kubur adalah dambaan tertinggi. Surat Al-Kahfi mengajarkan tentang kebenaran (tauhid), kisah-kisah kesabaran para nabi menghadapi cobaan, serta pengingat akan kekuasaan Allah atas segala ciptaan.
"Apabila ayat-ayat Al-Qur'an dibacakan dengan niat tulus untuk dihadiahkan kepada ruh seorang Muslim yang telah wafat, maka Allah SWT akan menerima niat baik tersebut dan mengirimkan cahaya serta ketenangan ke dalam kuburnya sebagai balasan atas ketaatan pembacanya."
Ketika kita membaca Surat Al-Kahfi, kita memohon kepada Allah agar nur (cahaya) dari ayat-ayat tersebut menerangi alam kubur orang tua, saudara, atau kerabat kita yang telah mendahului. Surat ini, dengan kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua) yang dilindungi dari kegelapan dunia, menjadi metafora permohonan perlindungan mutlak dari siksa kubur dan kegelapan akhirat.
Penting untuk dipahami bahwa nilai utama dari amalan ini terletak pada doa penutup setelah pembacaan selesai. Niatkan dengan sepenuh hati bahwa pahala bacaan tersebut, yang merupakan sedekah ruhani, diserahkan kepada Allah untuk dihadiahkan kepada almarhum.
Beberapa poin penting saat melakukannya adalah:
Di samping Surat Al-Kahfi, semua bacaan Al-Qur'an memiliki keutamaan yang sama untuk dihadiahkan pahalanya kepada orang yang meninggal. Namun, Al-Kahfi seringkali dipilih karena statusnya yang agung dan kaitannya dengan perlindungan. Melakukan pembacaan ini secara rutin, misalnya setiap malam Jumat (jika mendiang meninggal di hari tersebut atau sebagai tradisi mingguan), dapat menjadi amal jariyah yang terus mengalir.
Ingatlah, Al-Qur'an adalah firman Allah, dan membaca firman-Nya adalah ibadah tertinggi. Ketika kita membaca dengan khusyuk dan meniatkan pahalanya kepada almarhum, kita sedang menanamkan harapan agar kelak di hari hisab, mereka dapat merasakan manfaat dari setiap huruf yang kita lafalkan. Dengan demikian, surat Al-Kahfi untuk orang meninggal menjadi simbol harapan akan diterangi kuburnya dengan cahaya keimanan.