Surat Al-Kahfi (Gua) adalah surat ke-18 dalam Al-Qur'an yang penuh dengan hikmah dan pelajaran penting. Surat ini dikenal memiliki keutamaan yang luar biasa, terutama bagi umat Islam yang menjadikannya bacaan rutin, khususnya pada hari Jumat. Keistimewaan utama yang sering ditekankan adalah kemampuannya memberikan perlindungan dari fitnah terbesar sepanjang masa, yaitu Dajjal.
Ilustrasi Cahaya Ilmu dari Al-Kahfi
Kisah-kisah di dalamnya—Ashabul Kahfi (pemuda gua), pemilik dua kebun, Nabi Musa dan Khidir, serta Zulkarnain—semuanya memberikan pelajaran multidimensi tentang iman, kesabaran, pentingnya ilmu, dan bahaya kesombongan serta kekayaan yang melalaikan.
Ustadz Yusuf Mansur, seorang da’i yang dikenal luas melalui pendekatan spiritual dan keikhlasan, sering kali mengaitkan berbagai pelajaran hidup dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Surat Al-Kahfi menjadi salah satu rujukan penting dalam ceramahnya, khususnya dalam konteks membangun keyakinan (iman) dan menghadapi ujian duniawi.
Bagi Yusuf Mansur, kisah Ashabul Kahfi bukan hanya tentang tidur panjang dan perlindungan fisik, tetapi juga metafora bagi umat Islam untuk "bersembunyi" sejenak dari kemaksiatan duniawi demi menjaga kemurnian iman, seperti pemuda yang menjauhi peradaban yang penuh kesyirikan. Pengamalan surat ini sering ia dorong sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT di tengah hiruk pikuk modernisasi.
Lebih lanjut, penekanan pada kisah Nabi Musa dan Khidir dalam Al-Kahfi kerap digunakan untuk mengajarkan pentingnya menerima takdir dan hikmah di balik peristiwa yang tampak buruk. Yusuf Mansur sering menekankan bahwa ilmu yang dimiliki manusia itu terbatas, dan terkadang, apa yang kita anggap sebagai kesulitan adalah jalan menuju kebaikan yang lebih besar, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh pertemuan antara Musa dan Khidir.
Dalam banyak kesempatan dakwahnya, Yusuf Mansur menggarisbawahi pesan utama dari keseluruhan surat ini: menjaga hubungan dengan Allah di tengah godaan dunia. Baik itu godaan kekayaan (pemilik kebun), kekuasaan (Zulkarnain), atau fitnah ajaran (Ashabul Kahfi), semuanya berujung pada satu solusi spiritual: Al-Qur'an dan Tauhid yang kokoh.
Pembacaan Surat Al-Kahfi, yang dianjurkan rutin, dipandang sebagai benteng spiritual yang menuntun pembacanya untuk senantiasa mengingat tujuan akhir hidup. Yusuf Mansur mengajak jamaahnya untuk tidak hanya membaca teksnya, tetapi meresapi makna dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks menghadapi tantangan ekonomi dan sosial.
Keikhlasan dalam beramal, sebagaimana dicontohkan dalam kisah-kisah Al-Kahfi, menjadi inti dari ajakan dakwahnya. Surat ini menjadi pengingat bahwa kemuliaan sejati terletak pada ketaatan, bukan pada pencapaian materi semata. Oleh karena itu, mengamalkan dan memahami Surat Al-Kahfi—sebuah ajaran yang sering disoroti oleh tokoh seperti Yusuf Mansur—adalah kunci untuk mendapatkan ketenangan batin dan perlindungan ilahi.