Surat Al-Lahab (atau Al-Masad) adalah surat ke-111 dalam susunan mushaf Al-Qur'an, yang terdiri dari lima ayat pendek. Surat ini turun berkenaan dengan Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW, yang menentang keras dakwah Islam. Meskipun singkat, makna yang terkandung di dalamnya sangat tegas dan mengandung ancaman ilahi yang jelas bagi mereka yang menolak kebenaran dengan kesombongan.
Pembahasan mendalam mengenai surat ini seringkali berfokus pada konteks turunnya ayat, yaitu penolakan keras Abu Lahab dan istrinya. Namun, dalam kajian tajwid dan pemahaman makna yang lebih detail, setiap kata dan lafal dalam ayat perlu diperhatikan. Salah satu bagian yang menarik perhatian dalam studi tafsir adalah akhir dari ayat ketiga, di mana lafal tertentu menjadi penekanan khusus.
Teks Ayat Ketiga Surat Al-Lahab
Ayat ketiga dari Surat Al-Lahab berbunyi sebagai berikut:
Secara harfiah, ayat ini berarti: "Harta benda dan apa yang telah ia peroleh (usahakan) tidak akan berguna baginya sedikit pun." Ayat ini menyoroti kesia-siaan duniawi ketika dihadapkan pada murka Allah SWT. Semua kekayaan dan jerih payah Abu Lahab tidak akan mampu menyelamatkannya dari azab yang telah dijanjikan.
Fokus pada Lafal Pengakhiran Ayat
Lafal yang menjadi penutup ayat ketiga adalah "وَمَا كَسَبَ" (wa mā kasab). Pengucapan yang benar dan pemahaman terhadap fungsi kata "kasab" (perolehan/usaha) di sini sangat penting. Dalam konteks ayat ini, "kasab" merujuk pada hasil usaha dan perolehan duniawi yang dikumpulkan Abu Lahab selama hidupnya.
Kata Arab كَسَبَ (kasab) memiliki akar makna yang mendalam tentang perbuatan dan hasil yang diperoleh melalui ikhtiar manusia. Ketika Allah SWT menyatakan bahwa hal itu tidak akan berguna (ma'ghni), penekanan diletakkan pada kegagalan total dari semua usahanya. Lafal ini diakhiri dengan konsonan "ba" (ب) yang jelas, menegaskan titik akhir dari penolakan Allah terhadap harta dan usaha orang kafir tersebut.
Dalam konteks tajwid, pengucapan akhir ayat, termasuk huruf terakhirnya, harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran makna atau kehilangan bobot hukum bacaan. Lafal diakhiri dengan "ba" yang sukun (mati) dalam konteks bacaan waqaf (berhenti), yang dikenal sebagai hukum Idgham atau Qalqalah, tergantung pada huruf sebelumnya, meskipun pada ayat ini lebih dominan pada penekanan akhir lafal itu sendiri.
Ilustrasi visual ini dimaksudkan untuk menggambarkan tema utama Surat Al-Lahab: api (sebagai metafora siksa) yang berhadapan dengan harta duniawi (kasab) yang terbukti tidak berharga.
Konteks dan Kedalaman Makna
Pemahaman bahwa surat ini ditutup dengan penekanan pada kegagalan "kasab" (usaha duniawi) memberikan pelajaran mendalam. Dalam Islam, bekerja dan berusaha mencari rezeki adalah ibadah, namun Surat Al-Lahab mengingatkan bahwa motivasi di balik usaha tersebut haruslah benar—untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar akumulasi materi tanpa nilai spiritual. Abu Lahab dan istrinya adalah contoh nyata bagaimana kecintaan berlebihan terhadap harta benda dan penolakan terhadap kebenaran akan berakhir pada kerugian abadi.
Ketika seorang Muslim membaca atau menghafal Surat Al-Lahab, terutama mengakhiri bacaannya pada lafal "wa mā kasab," ia diingatkan bahwa pertanggungjawaban akhirat hanya akan dinilai berdasarkan amal shaleh yang dilakukan dengan niat yang tulus, bukan berdasarkan kemewahan atau kekuasaan yang dikumpulkan selama hidup di dunia. Lafal penutup ini menjadi titik klimaks retorika dalam surat tersebut, mengunci nasib penentang Nabi dengan sebuah kepastian hukuman yang tidak dapat diganggu gugat oleh kekayaan dunia.
Oleh karena itu, mempelajari setiap lafal, termasuk lafal akhir pada ayat 3, membantu memperkuat keimanan dan memotivasi umat Muslim untuk lebih memprioritaskan bekal akhirat daripada kesenangan fana yang pada akhirnya akan sirna tak bersisa. Surat yang singkat ini mengandung peringatan yang universal dan abadi bagi setiap generasi.