Surat Al-Lahab, yang juga dikenal dengan nama Al-Masad, adalah surat ke-111 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surat ini tergolong pendek, hanya terdiri dari lima ayat, namun memiliki kandungan makna yang sangat tegas mengenai ancaman bagi orang yang menentang ajaran Allah SWT, khususnya Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW.
Mempelajari dan membaca Al-Qur'an harus disertai dengan pemahaman kaidah tajwid agar bacaan menjadi benar, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Berikut adalah teks lengkap Surat Al-Lahab beserta terjemahan dan rincian tajwidnya.
Surat Al-Lahab meskipun pendek, menyajikan beberapa contoh kaidah tajwid fundamental yang penting untuk dikuasai oleh setiap pembaca Al-Qur'an. Fokus utama dalam surat ini adalah pada hukum bacaan yang memerlukan penekanan suara (Qalqalah) dan dengung (Idgham).
Ayat pertama, تَبَّتْ (Tabbat), adalah contoh sempurna dari Qalqalah Kubra. Qalqalah adalah memantulkan suara pada huruf-huruf tertentu (Qaf, Ta', Ba', Jim, Dal) ketika huruf tersebut mati (sukun) dan didahului atau diikuti oleh huruf hidup. Kubra (besar) berarti pantulan tersebut harus lebih jelas dan kuat karena huruf yang mati tersebut berada di akhir ayat atau di akhir bacaan.
Dalam ayat ini, huruf Ba' (ب) mati dan mendapatkan pantulan yang tegas, menandakan konsekuensi yang pasti dari sumpah Allah SWT terhadap Abu Lahab.
Terdapat beberapa bacaan Madd (panjang) dalam surat ini. Pada ayat kedua (مَا أَغْنَىٰ), terdapat Madd Badal, di mana dua hamzah bertemu; yang pertama berharakat dan yang kedua sukun (berbentuk Alif). Ini dibaca panjang dua harakat.
Pada ayat ketiga (سَيَصْلَىٰ), terdapat Madd Thabii' biasa, yaitu huruf Alif sukun didahului fathah, yang juga dibaca panjang dua harakat. Konsistensi dalam membaca panjang Madd adalah kunci keindahan dan ketepatan bacaan.
Ayat terakhir, فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (Fī jīdihā ḥablum min masad), memuat hukum Idgham Bighunnah pada kata مِنْ مَسَدٍ (Min Masad). Hukum ini terjadi karena huruf Nun mati (نْ) bertemu dengan huruf Mim (م). Ketika ini terjadi, Nun mati harus dileburkan (di-idgham-kan) ke dalam Mim, disertai dengan suara dengung (ghunnah) selama dua ketukan.
Memahami dan menerapkan tajwid ini memastikan bahwa pembacaan surat Al-Lahab tidak hanya indah didengar, tetapi juga memiliki makna yang tersampaikan dengan otentik sesuai standar qira’ah.
Surat Al-Lahab adalah surat yang diturunkan untuk merespons permusuhan langsung Abu Lahab terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW. Kata "Lahab" sendiri berarti nyala api atau bara yang menyala-nyala, yang merupakan metafora kuat untuk azab neraka yang menantinya.
Ayat kedua secara tegas menyatakan bahwa kekayaan dan usaha yang dilakukan Abu Lahab, yang digunakan untuk menentang Islam, tidak akan memberinya keuntungan sedikit pun di akhirat. Ayat ketiga menggambarkan nasibnya sebagai penghuni neraka jahannam yang bahan bakarnya adalah dirinya sendiri ("Api yang bergejolak").
Ayat keempat dan kelima secara spesifik menyebutkan istrinya, Ummu Jamil, yang dijanjikan balasan setimpal berupa siksaan fisik yang sangat menyakitkan di akhirat, yaitu dengan mengalungkan tali api yang terbuat dari sabut di lehernya.
Pelajaran terpenting dari surat ini adalah bahwa permusuhan terhadap kebenaran dan pelecehan terhadap para nabi pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, terlepas dari status sosial atau kekayaan materi yang dimiliki di dunia. Oleh karena itu, pembacaan surat ini selalu mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjaga lisan dan perbuatan dari segala bentuk kekufuran dan permusuhan terhadap agama Allah.